REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan penyelidikan pembunuhan Khashoggi. Dalam laporan tersebut, PBB menyebutkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman terlibat dalam pembunuhan itu.
Dalam laporan PBB, terdapat kutipan percakapan di dalam konsulat sebelum Khashoggi tiba dan saat-saat terakhir dia berada di tempat itu. Beberapa menit sebelum Khashoggi tiba, seorang dokter forensik, Salah al Tubaigy yang bertugas memutilasi Khashoggi berharap pekerjaannya dapat dilakukan dengan mudah.
"Tulang sendi akan dipisahkan. Itu bukan masalah. Tubuh itu berat. Ini pertama kalinya saya memotong (tubuh) di lantai. Jika kita mengambil kantong plastik dan memotongnya, itu akan selesai. Kami akan membungkus mereka masing-masing," ujar Tubaiqy dalam kutipan di laporan PBB.
Laporan PBB menyatakan, materi bukti tersebut tergantung pada rekaman dan tim forensik penyidik Turki sera informasi dari persidangan para tersangka di Arab Saudi. Penyelidik PBB, Agnes Callamard mengatakan, dia belum dapat menyimpulkan secara tegas mengenai bunyi gergaji yang didengar oleh timnya dalam rekaman tersebut.
Berdasarkan penilaian rekaman oleh petugas intelijen di Turki, Khashoggi kemungkinan disuntik obat penenang dan tewas secara perlahan karena lemas. Callamard mengatakan negara-negara lain harus meminta yurisdiksi universal dalam kasus ini.
Otoritas yudisial di negara-negara yang mengakui yurisdiksi universal untuk pelanggaran berat, dapat menyelidiki dan menuntut kejahatan tersebut di mana pun mereka dilakukan. Ketika ditanya apakah mungkin ada penangkapan di luar negeri, Callamard mengatakan, penangkapan itu bisa saja terjadi.
"Jika tanggung jawab individu itu telah terbukti, termasuk tanggung jawab yang mengharuskan penangkapan, maka bisa saja (dilakukan penangkapan di luar negeri)," kata Callamard.
Menanggapi laporan PBB, Human Rights Watch mengkritik Saudi memiliki sikap intoleransi terhadap perbedaan pendapat. Selain itu, Saudi juga kebal dari hukuman atas pembunuhan Khasshoggi.
Tunangan jurnalis Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz meminta Amerika Serikat (AS) meningkatkan tekanan kepada Arab Saudi. Menurut Cengiz, AS tidak menggunakan pengaruhnya untuk membuat Saudi mengungkap kebenaran mengenai pembunuhan Khashoggi.
"Washington memilih tidak menggunakan pegaruhnya kepada Riyadh untuk membuat Saudi mengungkapkan kebenaran tentang pembunuhan Jamal dan memastikan mereka yang bertanggung jawab," tulis Cengiz di New York Times, Kamis (20/6).
Para pengkritik menuduh Presiden AS Donald Trump membiarkan Saudi lolos dari jeratan hukum atas kasus pembunuhan Khashoggi ini. Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Reuters kasus Khashoggi merupakan isu yang sangat panas.