Kamis 27 Jun 2019 14:46 WIB

Uni Eropa: Pertemuan G-20 akan Berlangsung Sulit

Pertemuan G20 akan sulit karena ada tantangan global yang harus diatasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Wisatawan beraktivitas di bawah spanduk pengumuman pengalihan arus saat Pertemuan G20 mendatang, di Bandara Internasional Kansai, Osaka, Jepang, Senin (24/6/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Wisatawan beraktivitas di bawah spanduk pengumuman pengalihan arus saat Pertemuan G20 mendatang, di Bandara Internasional Kansai, Osaka, Jepang, Senin (24/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, OSAKA -- Selain membahas gejolak ekonomi dan geopolitik global para pemimpin negara di Pertemuan G-20 juga akan membahas tentang isu perubahan iklim. Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk mengatakan pertemuan G-20 tahun ini akan berjalan sulit. 

"Ini akan menjadi G-20 yang sulit, ada tantangan global yang harus diatasi, kami harus melangkah maju untuk menghindari ancaman perubahan iklim, reformasi World Trade Organization, dan bersiap untuk revolusi digital," kata Tusk saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Kamis (27/6).

Baca Juga

Ada harapan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina dapat mereda dalam pertemuan di Osaka, Jepang ini. Sementara banyak peserta lainnya yang menyerukan perspektif yang lebih luas untuk menghadapi berbagai tantangan global. 

Tusk mencatat pertemuan G-20 tersebut digelar tepat ketika ketegangan internasional mulai memanas. Contohnya, seperti ketegangan antara AS-Iran dalam isu nuklir dan perang dagang antara AS dan Cina. 

Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping pada harus Sabtu (27/6) mendatang. Xi juga diperkirakan menggelar pertemuan dengan Abe untuk mengendurkan ketegangan antara dua negara yang telah terjadi selama bertahun-tahun.

Kedatangan Xi menjadi kunjungan pertamanya ke Jepang sejak menjadi presiden Cina pada tahun 2013 lalu. Pada pekan lalu, ia juga telah mengunjungi Korea Utara. Meningkatkan harapan adanya terobosan dalam kebuntuan negosiasi denuklirisasi Semenanjung Korea. 

Trump juga dikabarkan sepulangnya dari Jepang akan mengunjungi Korsel. Kabar tersebut meningkatkan spekulasi akan lebih banyak berita tentang isu Korea selama perjalanannya ke negara-negara Asia. 

Dalam beberapa acara internasional Trump kerap berselisih paham dengan pemimpin-pemimpin lainnya terutama di isu Iran, perubahan iklim dan perdagangan. 

Abe berusaha agar pertemuan Osaka menjadi tonggak kemajuan isu lingkungan termasuk perubahan iklim. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperkuat pesan tersebut selama kunjungannya ke Tokyo, Rabu (26/6) kemarin. 

"Saat ini benar-benar waktu yang tepat untuk menghadapi sejarah dan memenuhi tanggng jawab kami, saya tidak akan memberikan tanda tangan jika kami tidak lebih berambisi tentang perubahan iklim, artinya semua pertemuan ini tidak ada artinya," kata Macron.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement