Jumat 12 Jul 2019 21:50 WIB

Louisiana AS Terancam Badai Besar Topan Tropis Barry

Topan Tropis Barry diperkirakan membawa hujan lebat dan banjir.

Red: Nur Aini
Badai (ilustrasi)
Foto: Reuters
Badai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LOUISIANA -- Daerah pantai Louisiana adalah yang pertama merasakan angin dari Topan Tropis Barry pada Jumat pagi (12/7). Fenomena alam itu diramalkan menjadi Badai Atlantik Pertama 2019 yang mengancam akan membawa hujan lebat dan banjir.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan keadaan darurat buat Louisiana pada Kamis malam (11/7). Hal itu dilakukan beberapa jam setelah produksi minyak di wilayah tersebut dikurangi separuh saat perusahaan energi mengungsikan staf di instalasi pengeboran minyak lepas pantai dan satu kilang di pantai. New Orleans diperkirakan menghadapi hujan lebat dan banjir pada Jumat sore atau malam.

Baca Juga

Topan Tropis Barry membawa angin dengan kecepatan maksimum 85 kilometer per jam pada Jumat pagi. Dalam laporan Reuters, topan berpusat di sebelah barat-daya mulut Sungai Mississippi.

Barry diperkirakan akan bertambah kuat menjadi badai, kata National Hurricane Center, dengan angin setidaknya berkecepatan 119 kilometer per jam saat topan itu memasuki pantai pada Jumat malam atau Sabtu pagi. Tapi para pejabat memperingatkan bahwa hujan lebat menimbulkan bahaya yang paling besar.

Pemerintah terus mengamati sistem tanggul yang dibangun untuk mengendalikan banjir di sepanjang dataran rendah Sungai Mississippi. Sungai itu mengalir melalui jantung New Orleans dan airnya sudah melewati batas banjir selama enam bulan belakangan ini.

Barry diramalkan membawa lonjakan topan ke pantai memasuki mulut sungai tersebut, dan dapat mendorong permukaan airnya sampai 5,79 meter pada Sabtu. Itu berarti satu kaki lebih rendah dari perkiraan awal tapi tetap masih yang paling tinggi sejak 1950-an dan mendekati ambang bahaya untuk tanggul di kota itu.

Topan diperkirakan bergeser ke ujung barat New Orleans, sehingga kota itu terhindar dari terjangan langsung. Wali Kota Orleans LaToya Cantrell mengatakan kota tersebut belum memerintahkan pengungsian sukarela atau wajib. Tapi dia menambahkan bahwa 48 jam hujan lebat dapat mengalahkan pompa yang dirancang untuk membersihkan air dari jalan dan saluran pengendali banjir dari air yang berlebihan di kota dataran rendah tersebut.

"Tak ada sistem di dunia yang dapat menangani jumlah curah hujan dalam waktu sesingkat ini," kata Cantrell di Twitter.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement