REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah ebola di Kongo menjadi darurat internasional. Virus itu dikhawatirkan menyebar ke kota besar dan negara-negara tetangga.
“Komite prihatin bahwa setahun setelah wabah, ada tanda-tanda mengkhawatirkan kemungkinan perpanjangan epidemi,” kata komite darurat beranggotakan pakar kesehatan internasional dalam laporannya kepada WHO pada Rabu (17/7).
Komite tersebut diketahui telah tiga kali menyarankan WHO untuk menolak mengumumkan keadaan darurat. Namun, banyak ahli telah menekan komite tersebut mengingat skala wabah dan risiko yang mengikutinya.
Direktur London School of Hygiene and Tropical Medicine Peter Piot adalah salah satu yang menyoroti wabah ebola di Kongo. “Itu tidak menunjukkan tanda-tanda berada di bawah kendali,” katanya.
Oleh sebab itu, dia menyambut keputusan WHO mengumumkan keadaan darurat ebola di Kongo. “Saya berharap bahwa keputusan hari ini berfungsi sebagai seruan untuk mendorong aksi politik tingkat tinggi, meningkatkan koordinasi, dan pendanaan yang lebih besar untuk mendukung Kongo dalam upaya mereka menghentikan epidemi yang menghancurkan ini,” ujarnya.
WHO telah mengkaji negara-negara mana saja di dekat Kongo yang berisiko menghadapi penyebaran ebola dari Kongo. Rwanda, Sudan Selatan, Burundi, dan Uganda adalah yang paling berisiko. Sementara Republik Afrika Tengah, Angola, Tanzania, Republik Kongo, dan Zambia berada di tingkat kedua.
Ketua Komite WHO Robert Steffen mengatakan potensi penyebaran ebola itu tetap dalam skala regional dan bukan ancaman global. Sehingga dia menekankan tidak ada negara yang harus bereaksi dengan menutup perbatasan atau membatasi perdagangan.
Awal pekan ini, WHO mengungkapkan bahwa ratusan juta dolar diperlukan untuk segera mencegah ebola semakin mewabah tak terkendali. Salah satu prioritas WHO adalah mempercepat produksi vaksin yang saat ini pasokannya masih minim.
Vaksin tersebut diproduksi oleh Merck, tapi belum memperoleh lisensi. Dengan demikian penggunaannya mesti diawasi oleh Kementerian Kesehatan Kongo.
Kampanye vaksinasi diketahui telah gencar dilakukan. Hal itu membuat ebola terkonsentrasi hanya pada dua provinsi timur laut Kongo. Kendati demikian, konflik yang melanda negara tersebut telah memperburuk keadaan. Ebola ternyata dengan mudah menyebar di wilayah tak stabil yang dilanda kekerasan. Hingga kini sekitar 1.600 orang di Kongo telah meninggal akibat ebola.