Sabtu 20 Jul 2019 07:53 WIB

Penyemprotan Herbisida oleh Israel Rusak Tanaman Palestina

Penyemprotan herbisida melalui udara merusak tanaman petani Palestina.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Warga Palestina berusaha memadamkan api yang membakar lahan pertanian akibat ulah pemukim Yahudi
Foto: Maan
Warga Palestina berusaha memadamkan api yang membakar lahan pertanian akibat ulah pemukim Yahudi

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel dilaporkan menyemprotkan herbisida dari udara dengan sebuah pesawat ke sebelah zona penyangga di sepanjang Jalur Gaza. Hal itu memengaruhi mata pencaharian warga Palestina terutama kalangan petani lantaran tanamannya menjadi rusak.

Dilansir dari laman Guardian, Sabtu (20/7), laporan baru terkait penyemprotan herbisida Israel ke Jalur Gaza itu dirilis oleh Arsitektur Forensik, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Goldsmiths, University of London. Penelitian tersebut menghabiskan 16 bulan untuk menyelidiki dampak potensial dari penyemprotan.

Baca Juga

Penelitian itu menyebutkan bahwa penyemprotan tersebut melanggar standar internasional. Laporan melacak penyimpangan herbisida ke sisi Gaza dan menyimpulkan bahwa penyemprotan tersebut membunuh tanaman pertanian.

Bahkan, menurut peneliti utama laporan itu, penyemprotan itu menyebabkan kerusakan yang tak terduga dan tak terkendali. Laporan juga menyebut bahwa semprotan itu mencapai lebih dari 300 meter (980 kaki) ke Gaza.

Peneliti utama laporan itu mengatakan, dalam lima tahun terakhir pesawat-pesawat Israel telah menyemprotkan herbisida lebih dari 30 kali di sisi Israel dari zona penyangga dengan Gaza, yang dikendalikan oleh Hamas.

Kepada Guardian, Kementerian Pertahanan (Kemhan) Israel mengatakan penyemprotan diperlukan untuk alasan keamanan, dilakukan hanya di atas wilayah Negara Israel, dan diawasi oleh para profesional bersertifikat. Kemhan Israel menyebut pihaknya melakukan kontrol gulma di mana bahan disemprotkan dari udara untuk keperluan operasional.

"Di antaranya menghilangkan potensi elemen teror, yang dapat mengancam warga Negara Israel, khususnya masyarakat yang tinggal berdekatan dengan perbatasan Gaza, serta pasukan (Pasukan Pertahanan Israel)," kata Kemhan Israel dalam sebuah pernyataan.

Namun, petani yang tinggal dan bekerja di daerah-daerah tersebut telah lama mengklaim bahwa hasil panen dan mata pencaharian mereka rusak. Lantas Arsitektur Forensik (FA) melakukan sebuah percobaan. Dengan menggunakan video yang diambil oleh Gisha, LSM yang berbasis di Tel Aviv, Arsitektur Forensik merekonstruksi penyimpangan herbisida dari pesawat dengan bantuan seorang ahli dinamika fluida. Mereka juga menganalisa sampel daun, mewawancarai petani, dan menggunakan citra satelit untuk memetakan efek penyemprotan.

"Ada hilangnya kehijauan yang berlarut-larut dan berkelanjutan di sepanjang perbatasan yang dari waktu ke waktu meratakannya dan itu tidak pulih. Melalui pemboman, buldozer, dan penyemprotan herbisida dua kali setahun, tanah itu menjadi zona mati yang gersang dan hangus," kata peneliti FA.

Gisha, bersama dengan Adalah, sebuah kelompok hak-hak Palestina yang bermarkas di Haifa, dan Al Mezan, sebuah kelompok hak asasi manusia yang bermarkas di Gaza, telah mengajukan petisi kepada militer Israel agar memberi kompensasi untuk para petani di Gaza yang telah kehilangan tanamannya karena penyemprotan. Namun, pihak Israel nyatanya menolak petisi tersebut, dan malah memberikan kompensasi kepada kota pertanian Israel, Nahal Oz, yang berada dekat zona penyangga pada 2015, setelah petani menuntut karena mereka kehilangan panen setelah penyemprotan.

Kemhan Israel menyatakan, bahan-bahan untuk penyemprotan telah disetujui oleh Kementerian Pertanian, dan digunakan di bidang pertanian di seluruh wilayah Israel, serta oleh negara-negara lain. Pihaknya juga menyebut, proses itu dilakukan dan diawasi oleh para profesional bersertifikat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement