REPUBLIKA.CO.ID, KYOTO -- Hampir separuh dari korban serangan pembakaran di sebuah studio animasi Jepang berusia muda dengan masa depan yang cerah. Jumlah korban meningkat menjadi 34 orang.
Serangan pada Kamis (18/7) di Kyoto Animation, yang terkenal dengan serial televisi dan filmnya, adalah pembunuhan massal terburuk dalam dua dekade di negara dengan salah satu tingkat kejahatan terendah di dunia. Insiden ini jauh lebih menyakitkan karena korbannya berusia muda, di negara dengan salah satu populasi usia tua yang banyak di dunia. Banyak dari korbannya adalah wanita muda, kata presiden perusahaan Hideaki Hatta.
"Beberapa dari mereka bergabung dengan kami pada bulan April. Dan pada tanggal delapan Juli, saya memberi mereka bonus kecil, tapi pertama untuk mereka," katanya.
“Orang-orang yang memiliki masa depan yang menjanjikan kehilangan hidup mereka. Saya tidak tahu harus berkata apa. Daripada merasa marah, saya tidak tahu harus berkata apa," kata Hatta.
Lima belas korban tewas berusia 20-an dan 11 orang berusia 30-an, kata media publik NHK. Enam berusia 40-an dan satu berusia setidaknya 60 tahun. Usia korban terakhir, seorang pria yang meninggal di rumah sakit, tidak diketahui dan nama-nama belum diungkapkan. Pihak berwenang pada hari Sabtu (20/7) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Shinji Aoba (41 tahun) atas dugaan pembakaran dan pembunuhan.
Polisi telah mengonfirmasi identitas Aoba dan mengatakan dia sebelumnya dihukum karena merampok sebuah toko. Mereka berencana untuk menangkapnya begitu dia pulih dari luka bakar yang parah. Dia sebelumnya diterbangkan ke rumah sakit universitas di dekat Osaka.
Aoba pergi ke studio pada Kamis (18/7) pagi, menuangkan bahan bakar di sekitar pintu masuk dan berteriak "Mati" ketika ia membakar gedung itu, menurut NHK.
Dia mengatakan kepada polisi bahwa dia melakukannya karena studio telah menjiplak novelnya. Hatta mengatakan dia belum melihat adanya surat dari tersangka dan tidak tahu tentang klaim penjiplakan.
Seorang karyawan yang selamat dari kebakaran mengatakan bahwa ia melakukannya dengan melompat dari balkon lantai dua. Karyawan itu mengatakan bahwa ada ledakan keras dan asap hitam keluar melalui tangga spiral, memenuhi lantai dua dan membuatnya sulit bernapas. Ketika dia pergi ke beranda, dia mendengar tangisan minta tolong.
"Itu adalah pilihan melompat dari lantai dua dan terluka, atau sekarat," katanya. Dia menambahkan bahwa ada karyawan yang tidak bisa memaksa diri untuk melompat, dikutip dari Reuters, Ahad (21/7).