Kamis 25 Jul 2019 00:14 WIB

Prancis Ingatkan PM Baru Inggris Soal Kapal Penangkap Ikan

Agustus 2018, kapal-kapal Prancis menabrak pukat Inggris di lepas pantai Normandia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Pemimpin Partai Konservatif sekaligus Perdana Menteri InggrisBoris Johnson saat tiba di markas partai di London, Selasa (23/7).
Foto: Aaron Chown/PA via AP
Pemimpin Partai Konservatif sekaligus Perdana Menteri InggrisBoris Johnson saat tiba di markas partai di London, Selasa (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Menteri Pertanian Prancis Didier Guillaume mengingatkan kepada Perdana Menteri Inggris terpilih Boris Johnson, agar tidak melarang nelayan Prancis mencari ikan di perairan Inggris, jika kesepakatan Brexit tercapai. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) secara otomatis akan melarang kapal-kapal penangkap ikan Inggris beroperasi di perairan Eropa, maupun sebaliknya.

Dampak Brexit sangat penting bagi industri perikanan Prancis. Guillaume mengatakan, di bawah pemerintahan Boris Johnson kemungkinan Brexit akan tercapai meski harus melalui jalan yang terjal.

"Tidak ada skenario di mana nelayan Prancis harus dicegah, bisa dicegah, dan akan dicegah oleh Boris Johnson di perairan Inggris. Tidak ada alasan untuk itu. Jadi saya akan terus memberi tahu Inggris bahwa nelayan kita harus diizinkan untuk tetap mencari ikan di perairannya," ujar Guillaume kepada /CNews, Rabu (24/7).

Penangkapan ikan di perairan Inggris dibolehkan bagi negara-negara UE, di bawah pengaturan akses timbal balik dan kuota yang ditetapkan. Meski demikian, dalam beberapa dasawarsa terakhir bentrokan teritorial antara nelayan Inggris dan Prancis berkembang secara sporadis.

Pada Agustus 2018 lalu, kapal-kapal Prancis menabrak pukat Inggris di lepas pantai Normandia. Tabrakan ini kemudian disebut sebagai "Perang Scallop".

Perdana Menteri baru Inggris Boris Johnson telah terpilih, Selasa (22/7) waktu setempat. Dia terpilih sebagai pemimpin partai Konservatif Inggris yang menggantikan Theresa May. Terpilihnya Johnson, diharapkan mengungkap tim teratas yang lebih beragam dalam pemerintahan yang akan ditugaskan untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit) pada akhir Oktober, dengan atau tanpa kesepakatan.

Mantan wali kota London itu memenangkan pemungutan suara di kalangan anggota partai berjumlah 159.320 orang dengan 92.153 suara mengalahkan pesaingnya Jeremy Hunt yang mengumpulkan 46.656 suara. Dia menggantikan May yang mengundurkan diri beberapa waktu lalu.

Johnson berjanji menegosiasikan kesepakatan keluarnya Inggris baru dengan UE untuk menjamin transisi yang lancar. Namun, jika UE terus menolak melakukan negosiasi ulang, dia telah berjanji tidak akan menyerah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement