Kamis 25 Jul 2019 04:30 WIB

Pidato Perpisahan May Diwarnai Interupsi Demonstran

May menganggap jabatannya sebagai sebuah kehormatan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Inggris Theresa May didampingi suaminya saat menyampaikan pidato terakhir sebagai perdana menteri di luar 10 Downing Street, London sebelum menyerahkan pengunduran diri ke Ratu Elizabeth II, Rabu (24/7).
Foto: AP Photo/Frank Augstein
Perdana Menteri Inggris Theresa May didampingi suaminya saat menyampaikan pidato terakhir sebagai perdana menteri di luar 10 Downing Street, London sebelum menyerahkan pengunduran diri ke Ratu Elizabeth II, Rabu (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May telah menyampaikan pidato perpisahan di Downing Street sebelum mengajukan pengunduran dirinya kepada Ratu Elizabeth. Dia berharap Perdana Menteri baru Boris Johnson dapat menjalankan pemerintahannya dengan baik.

"Keberhasilan mereka akan menjadi kesuksesan negara kita," kata May seperti dikutip BBC, Kamis (25/7).

Baca Juga

Sebelumnya, May sempat menanggapi pertanyaan para anggota parlemen untuk terakhir kalinya. Ia tampak emosional ketika dia pergi meninggalkan tugasnya sambil bertepuk tangan.

Pengganti May, Boris Johnson juga akan berbicara mengumumkan sejumlah perjanjian kabinet. Dia diperkirakan akan menggunakan kesempatan itu untuk meningkatkan jumlah perempuan di posisi kabinet dan mendorong perwakilan etnis minoritas.

Selama perjalanannya ke Istana Buckingham untuk menerima undangan Ratu Elizabeth II untuk membentuk pemerintahan, mobil Johnson sempat diinterupsi oleh pengunjuk rasa dari Greenpeace, yang membentuk rantai manusia di seberang Istana.

Sementara, May memberikan pidato terakhirnya di Downing Street - bersama suaminya Philip di sampingnya - sebelum menuju ke Istana Buckingham. Dia mengatakan, bertugas sebagai perdana menteri merupakan kehormatan terbesar bagi dirinya. Ia pun berterima kasih kepada semua yang telah bekerja dengannya.

"Ini adalah negara yang penuh aspirasi dan peluang, dan saya harap setiap gadis muda yang telah melihat seorang perdana menteri wanita sekarang tahu tidak ada batasan untuk apa yang bisa dia capai," kata May.

Di sela pidato May, masih saja ada pengunjuk rasa yang menyela ucapannya. "Hentikan Brexit!" kata si pengunjuk rasa.

May pun merespons pengunjuk rasa itu. "Saya pikir jawabannya adalah - saya kira tidak."

Beberapa waktu sebelumnya, di tugas terakhirnya, May mengatakan dia akan melanjutkan sebagai anggota parlemen. Dia mengaku senang menyerahkan kepada penerusnya yang berkomitmen melanjutkan Brexit dan menciptakan masa depan yang cerah untuk Inggris.

Sejumlah anggota parlemen mengambil kesempatan untuk memuji komitmennya pada jabatan dan prestasinya pada isu-isu seperti perbudakan modern, kesehatan mental dan memasukkan lebih banyak perempuan ke dalam politik.  Pemimpin buruh Jeremy Corbyn mengakui penghormatan terhadap layanan publik oleh May, tetapi mengkritik catatannya tentang ekonomi, tunawisma dan Brexit. Dia bertanya apakah dia akan mempertimbangkan bergabung dengannya dalam menentang rencana Boris Johnson.

May pun merespons Corbyn dengan sejumlah hal yang ia klaim sebagai keberhasilannya, termasuk peningkatan sekolah, lebih banyak pekerjaan dan kepemilikan rumah yang lebih besar. "Pada intinya, politik bukan tentang pertukaran di kotak pengiriman ini, atau tentang pidato yang fasih atau berita utama media," kata May.

"Ini tentang perbedaan yang kita buat setiap hari dengan kehidupan orang-orang di seluruh negeri. Sebagai seorang pemimpin partai yang telah menerima ketika waktunya habis, mungkin sekarang saatnya baginya untuk melakukan hal yang sama," kata May menambahkan responsnya pada Corbyn.

Pengganti May, Johnson merupakan mantan wali kota London yang menang atas Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt dalam pemungutan suara anggota. Johnson mendapatkan 66,4 persen total suara. Kabarnya, Hunt sedang berbicara dengan Johnson soal posisi baru untuk Hunt.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement