Kamis 25 Jul 2019 04:35 WIB

Sri Lanka Minta Inggris Ambil Kembali 100 Kontainer Sampah

Di dalam peti kemas tersebut mengeluarkan bau busuk.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Tumpukan sampah (Ilustrasi)
Foto: Youtube
Tumpukan sampah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Warga Sri Lanka memprotes keras atas dugaan pembuangan limbah berbahaya dari Inggris ke negaranya. Pemerintah Sri Lanka juga mendesak Inggris segera mengambil kembali lebih dari 100 peti kemas atau kontainer berisi limbah yang dikirim ke negaranya.

Di dalam peti kemas tersebut terdapat sisa jarum suntik dan bagian tubuh manusia yang diduga berasal dari kamar mayat. Di dalam limbah busuk tersebut juga terdapat kasur, pakaian dan plastik.

Baca Juga

Banyak peti kemas yang diyakini telah tiba di Sri Lanka dari Inggris pada 2017. Peti-peti kemas tersebut diperiksa pekan lalu setelah pejabat pelabuhan mengeluhkan bau busuk. Menurut mereka, ada 111 peti kemas yang ditinggalkan importir mengeluarkan bau busuk mengerikan.

"Beberapa bahan telah dilikuidasi dan memburuk hingga kami tidak bisa memeriksanya, dan limbahnya mengeluarkan bau tak sedap," kata Juru Bicara Departemen Bea Cukai, Sunil Jayaratne kepada surat kabar Daily Mirror Sri Lanka, dilansir dari BBC, Rabu (24/7).

Pihak berwenang Sri Lanka pada Selasa (23/7) mengaku telah mengambil tindakan cepat untuk memerintahkan ekspor kembali 111 peti kemas yang ditinggalkan di pelabuhan. Tetapi pada Rabu (24/7), Badan Lingkungan Hidup Inggris mengatakan kepada BBC sedang menyelidiki apa yang sebenarnya telah terjadi. ]

Mereka juga mengaku belum menerima permintaan resmi dari pihak berwenang Sri Lanka untuk memulangkan limbah itu. Sementara, Jayaratne mengatakan seorang pengusaha Sri Lanka telah mengimpor peti kemas, maka dia akan bertanggung jawab mengekspornya kembali.

Peti kemas itu disamarkan sebagai daur ulang. Jadi itu hanya kasus terbaru di negara Asia yang marah terhadap pembuangan limbah negara-negara Barat yang menyamar sebagai daur ulang.

Keputusan China pada Januari 2018 untuk tidak lagi menerima limbah plastik daur ulang telah membuat industri global mengubah haluan. Sehingga menyebabkan lonjakan ekspor limbah plastik ke negara-negara berkembang lainnya.

Pada Mei lalu, Filipina mengirim kembali 69 peti kemas berisi sampah ke Kanada. Katanya peti kemas berisi sampah itu telah diberi label palsu daur ulang plastik.

Pada awal bulan ini, Kamboja juga mengumumkan akan mengirim kembali 83 peti kemas berisi sampah ke Amerika Serikat (AS) dan Kanada. "Kamboja bukan tempat sampah," kata juru bicara pemerintahnya.

Kasus serupa juga terjadi di Indonesia dan Malaysia dalam beberapa bulan terakhir. Sementara, Pemerintah Inggris mengatakan kepada BBC berkomitmen menangani ekspor limbah ilegal.

"Orang-orang yang ditemukan mengekspor limbah yang digambarkan secara tidak benar dapat menghadapi hukuman penjara dua tahun atau denda yang tidak terbatas," kata seorang Juru Bicara Badan Lingkungan Hidup Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement