REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengunjungi Wales. Kunjungannya itu sebagai bagian dari tur nasional untuk meyakinkan rakyat Inggris kebijakan Brexit yang ia lakukan tidak akan merusak perekonomian negara.
Pada Selasa (30/7) Johnson mendapat sambutan keras dari petani Wales, kelompok yang menjadi pusat perekonomian persemakmuran Inggris itu. Para petani Wales khawatir perekonomian hancur jika Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Mereka mengatakan mungkin jutaan domba harus disembelih jika tarif ekspor ke Uni Eropa naik. Kantor perdana menteri Inggris berpendapat Brexit dan Kebijakan Pertanian Persemakmuran akan menjadi 'peluang bersejarah memperkenalkan skema baru mendorong pertanian'.
Menurut Johnson, meninggalkan blok 28 negara anggota itu akan membuka pasar pertanian yang baru untuk Inggris. Dalam turnya ke negara-negara konstituen Inggris itu, Johnson juga menyambangi Skotlandia.
Di sana ia juga mendapat sambutan yang tidak menyenangkan. Perdana Menteri Skotlandia Nicola Sturgeon juga mengatakan sumpah Johnson untuk menarik keluar Inggris dari Uni Eropa pada 31 Oktober dengan atau tanpa kesepakatan sesuatu yang berbahaya.
Johnson yang menjabat sebagai perdana menteri pada pekan lalu juga berencana untuk mengunjungi Irlandia Utara. Perbatasan antara Inggris dengan Irlandia Utara menjadi isu yang paling pelik dalam Brexit.
Dalam beberapa hari terakhir, nilai mata uang Inggris poundsterling jatuh. Menjadi peringatan bagi Inggris untuk bersiap menghadapi kerusakan ekonomi jika mereka memaksakan diri untuk keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Dalam kampanyenya, Johnson mengatakan akan melaksanakan Brexit tanpa atau dengan kesepakatan. Johnson tetap ingin mengubah kesepakatan yang disetujui Theresa May dan Uni Eropa. Sementara Uni Eropa menegaskan kesepakatan itu tidak bisa dirundingkan lagi.