Rabu 31 Jul 2019 17:37 WIB

Sri Lanka Gratiskan Visa Dorong Pariwisata Usai Bom Gereja

Sekitar setengah juta orang Sri Lanka bergantung langsung pada pariwisata.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Polisi Sri Lanka berpatroli di luar sebuah masjid di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (24/4).
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Polisi Sri Lanka berpatroli di luar sebuah masjid di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (24/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sri Lanka mengumumkan akan memberikan visa gratis satu bulan pada saat kedatangan kepada pengunjung dari hampir 50 negara, Rabu (31/7) . Langkah ini dilakukan dalam upaya terbaru menghidupkan kembali industri pariwisata, setelah serangan bom di gereja saat Paskah yang menewaskan 263 orang.

Menteri Pariwisata Sri Lanka, John Amaratunga mengatakan, wisatawan atau mereka yang berkunjung untuk keperluan bisnis dapat memperoleh visa gratis pada saat kedatangan atau mendaftar secara online. Langkah ini akan efektif selama enam bulan mulai 1 Agustus 2019.

Baca Juga

Dia mengatakan, pemerintah mengharapkan peningkatan besar wisatawan dari langkah tersebut. "Jika tidak menguntungkan, kami akan menangguhkan program ini," kata dia.

Akibat serangan bom, pemerintah kemungkinan kehilangan sekitar 24 juta dolar AS pendapatan yang dapat diperoleh dari pengisian visa. Sri Lanka mengenakan biaya 35 dolar AS untuk visa turis satu bulan atau 20 dolar AS untuk warga dari Asia Selatan.

Tujuh pengebom bunuh diri dari kelompok lokal, National Thowheed Jammath, menyerang tiga gereja dan tiga hotel mewah pada 21 April lalu. Serangan bom membuat 263 orang meninggal, termasuk 45 orang warga asing terutama dari China, India, AS dan Inggris.

Banyak turis memangkas liburan mereka, sementara yang lain membatalkan pemesanan. Ini merupakan pukulan berat bagi industri pariwisata, penghasil mata uang asing terbesar ketiga di negara itu.

Menurut data pemerintah, kedatangan wisatawan menurun sekitar 45 persen pada Juli dari tahun sebelumnya. Namun, kedatangan pada Juli dengan capaian 117 ribu, menunjukkan angka peningkatan dibandingkan dengan 63.072 pada Juni.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe meyakinkan Sri Lanka sekarang aman untuk wisatawan dan keamanan telah kembali normal. Ia mengatakan pada Rabu semua orang yang terlibat dalam serangan mematikan berada dalam tahanan.

Bahkan mereka yang telah lama berhubungan dengan pelaku, meskipun tidak terlibat dalam serangan, juga diinterogasi, beberapa telah ditahan dan lainnya telah dibebaskan. Sekitar 200 orang telah ditahan dan polisi melanjutkan penyelidikan mereka.

Pemerintah telah memperkenalkan banyak langkah untuk menghidupkan kembali pariwisata yang meliputi pengurangan biaya penerbangan. Hotel-hotel juga telah mengumumkan paket menarik dengan diskon hingga 60 persen.

"Kami ingin mempromosikan Sri Lanka sebagai tujuan yang aman dan juga kami memberi mereka jenis konsesi dan tarif yang mungkin tidak akan mereka dapatkan untuk waktu yang sangat lama," kata Wickremesinghe.

Sekitar 2,3 juta wisatawan mengunjungi Sri Lanka pada 2018, dengan 29 maskapai menawarkan 300 penerbangan setiap pekan. Setelah serangan itu, 41 penerbangan setiap pekan dibatalkan, yang berarti hilangnya 8.000 kursi penumpang. Beberapa maskapai telah mengembalikan jadwal normal mereka sejak itu, tetapi yang lain tidak.

Pariwisata menyumbang 4,9 persen dari PDB Sri Lanka. Sekitar setengah juta orang Sri Lanka bergantung langsung pada pariwisata dan dua juta secara tidak langsung. Pemerintah saat ini memperkirakan 3,7 miliar dolar AS pendapatan dari pariwisata tahun ini, turun dari perkiraan awal sebesar lima miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement