Kamis 08 Aug 2019 22:12 WIB

Teknologi Baru Bisa Tunda Menopouse 20 Tahun Lebih Lama

Biaya dan risiko tunda menopouse cenderung lebih besar daripada manfaat potensialnya

Red:
abc news
abc news

Sebuah perusahaan di Inggris menawarkan kepada para perempuan prosedur yang, konon, bisa menunda menopause hingga 20 tahun dan memungkinkan perempuan untuk menunda memiliki bayi.

Tapi jangan terlalu bersemangat. Biaya dan risikonya cenderung lebih besar daripada manfaat potensialnya. Belum lagi, ada begitu banyak yang belum kita ketahui tentang prosesnya.

Apa sih prosedur ini?

Cryopreservasi jaringan ovarium adalah istilah teknis untuk prosedur di mana sejumlah kecil jaringan ovarium dikumpulkan, melalui operasi kecil seperti laparoskopi, lalu dipotong menjadi irisan kecil dan kemudian dibekukan dan disimpan.

Bertahun-tahun kemudian, irisan jaringan ini bisa dicairkan dan ditransplantasikan kembali ke dalam tubuh perempuan dengan harapan mereka akan mulai memproduksi hormon dan melepaskan telur.

Pembekuan jaringan ovarium bukanlah hal baru. Telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membantu perempuan muda yang menghadapi kemoterapi, menjaga kesuburan dan memungkinkan mereka untuk memiliki anak jika dan ketika mereka pulih dari kanker mereka.

Tergantung pada jenis kanker dan perawatannya, kesuburan perempuan bisa pulih, tetapi bisa juga rusak sementara atau permanen.

Ketika prosedur ini pertama kali dilakukan pada perempuan, tak diketahui apakah jaringan ini bekerja saat transplantasi.

Tetapi sebuah penelitian pada tahun 2017 melaporkan bahwa sementara prosedurnya masih eksperimental, setidaknya 80 bayi telah lahir setelah transplantasi jaringan ovarium yang dicairkan.

Namun, makalah ini tidak menyatakan demografi atau usia perempuan yang melahirkan setelah prosedur itu.

 

Apa yang ditawarkan?

Perusahaan Inggris bernama ProFaM (Melindungi Kesuburan dan Menopause) kini menawarkan pembekuan jaringan ovarium bagi perempuan manapun yang ingin menunda menopause dan melahirkan anak.

Para pendiri perusahaan ini mengklaim memiliki jaringan ovarium "muda" yang ditransplantasikan pada saat menopause alami, yang rata-rata terjadi sekitar usia 51 tahun, dan bisa menunda menopause hingga 20 tahun.

Metode ini, kata mereka, akan menunda timbulnya gejala menopause seperti hot flushes (rasa panas yang muncul tiba-tiba) dan masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan osteoporosis, yang lebih umum terjadi setelah menopause.

Mereka juga dengan bangga mengumumkan bahwa ini berarti menopause tak lagi harus menjadi penghalang bagi perempuan yang ingin membangun karier sebelum mereka memiliki anak.

Menunda gejala menopouse

Sementara gejala menopause bisa dirasa mengganggu, sebagian besar perempuan menemukan mereka mengalami kemunduran seiring bertambahnya usia dan hal itu tak menghentikan mereka dari menjalani kehidupan yang produktif dan menyenangkan.

Bagi perempuan yang menderita gejala menopause parah, terapi penggantian menopause (yang juga dikenal sebagai terapi penggantian hormon) bisa menawarkan bantuan. Terapi penggantian menopause telah digunakan selama beberapa dekade dan hemat biaya serta aman.

Ada juga metode non-farmakologis terbukti untuk meringankan gejala menopause, seperti mindfulness (atau hidup berkesadaran) dan terapi perilaku kognitif.

Jika gejala menopause menjadi perhatian, bertahan dengan metode yang diketahui aman tampaknya merupakan pilihan yang lebih baik daripada membayar sekitar Rp 120 juta - 200 juta untuk prosedur invasif dengan risiko yang tak diketahui.

 

Menunda gejala gangguan kesehatan

Risiko penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung, meningkat seiring bertambahnya usia orang. Itu berlaku untuk perempuan dan laki-laki. Menjalani transplantasi jaringan ovarium tidak akan mengubah hal itu.

Sebagian besar perempuan yang mencapai menopause bisa mengalami periode pascamenopause yang sehat.

Cara terbaik untuk menjaga kesehatan Anda dan mengurangi risiko penyakit jantung serta mencegah osteoporosis adalah olahraga teratur.

Menunda memiliki anak

Janji bahwa pembekuan jaringan ovarium memungkinkan perempuan untuk memiliki bayi di kemudian hari gagal menyebutkan bahwa komplikasi kehamilan meningkat secara signifikan seiring bertambahnya usia perempuan dan cenderung makin besar bagi perempuan di usia 50-an dan 60-an tahun.

Gagasan bahwa perempuan lebih suka membangun karier sebelum memiliki anak juga tidak didukung oleh bukti.

Sebaliknya, penelitian terhadap perempuan yang membekukan telurnya menunjukkan bahwa tak memiliki pasangan adalah alasan paling umum mereka belum memiliki anak.

 

Terlalu banyak yang belum diketahui

Selain klaim manfaat pembekuan jaringan ovarium yang tak banyak, ada beberapa tanda tanya lain tentang prosedur ini.

Belum diketahui, misalnya, berapa bagian irisan jaringan yang akan bertahan dari pencairan dan proses transplantasi.

Apakah jumlah hormon yang diproduksi irisan cukup untuk menghilangkan gejala menopause dan risiko penyakit juga tidak diketahui.

Jika memang irisan itu menghasilkan kadar hormon yang cukup tinggi, perempuan yang masih memiliki rahim akan terus mengalami menstruasi, sesuatu yang sebenarnya ingin dihentikan sebagian besar perempuan.

Agaknya, setiap irisan memiliki rentang hidup yang terbatas, jadi perempuan mungkin perlu kembali untuk memperbarui irisan setiap beberapa bulan yang tak diragukan lagi akan menambah biaya tinggi yang telah mereka bayarkan agar jaringan itu dikeluarkan dan dibekukan.

Jadi, gagasan bahwa seorang anak berusia 25 tahun akan menjalani prosedur bedah karena ia ingin menghindari menopause alami seperempat abad kemudian tampaknya paling tidak disarankan

Ketimbang berfungsi sebagai prosedur yang akan meningkatkan kehidupan perempuan, pembekuan jaringan ovarium untuk alasan non-medis bisa membuat mereka jauh lebih miskin secara finansial dan terkena risiko yang tidak diketahui.

 

 

Karin Hammarberg adalah peneliti senior di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan di Universitas Monash dan Luk Rombauts adalah profesor klinis di Universitas Monash. Artikel ini pertama kali muncul di The Conversation.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement