Jumat 16 Aug 2019 07:47 WIB

Taiwan Buka Kompetisi Untuk 20 Warga Asing Tinggal Gratis di Istana Kepresidenan

Kompetisi ini dibuka untuk mengundang lebih banyak turis datang ke Taiwan.

Red:
abc news
abc news

Anda ingin berkunjung ke Taiwan dan menginap di Istana Kepresidenan di Taipei tanpa bayar?

Sekarang kesempatan tersebut terbuka karena Presiden Taiwan yang pro-kemerdekaan Tsai Ing-wen sudah mengumumukan kompetisi, dimana 20 pemenang akan diundang untuk menginap di istana.

Kompetisi ini dibuka untuk mengundang lebih banyak turis datang ke Taiwan, setelah industri pariwisata di sana terpengaruh oleh larangan yang dilakukan China daratan bagi warganya untuk bepergian sendirian ke Taiwan.

Istana Kepresidenan di Taipei ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang sudah berusia 100 tahunan. "Saya mengundang Anda untuk mengunjungi Taiwan dan merasakan kehangatan dan penerimaan masyarakat di sini," kata Presiden Tsai.

"Dan ketika Anda di sini, Anda bisa menjadi tamu saya dan tinggal menginap semalam di Istana Kepresidenan."

 

Akan ada 20 orang yang akan diundang dan mereka yang bisa mengaukan diri adalah mereka yang bukan warga Taiwan dan berusia di atas 20 tahun.

Mereka yang mengajukan diir harus mencantumkan tautan ke profil mereka di jejaring sosial, termasuk "data mengenai kepopuleran mereka", juga harus membuat video 90 detik untuk mempromosikan Taiwan.

Setelah tiba di Taiwan nantinya, mereka juga harus membuat video mengenai perjalanan ke Taiwan, yang harus dibuat dalam waktu 15 hari setelah tinggal di Istana Kepresidenan.

"Program ini adalah yang pertama di dunia dan tujuan kami adalah untuk menunjukkan kebebasan, demokrasi dan keterbukaan Taiwan," kata juru bicara Kepresidenan Xavier Chang.

Masa tinggal di Istana Presiden Taiwan tersebut akan dilakukan bulan Oktober.

 

Turis China daratan dibatasi

Sejak Presiden Tsai Ing-wen berkuasa tiga tahun lalu, kedatangan turis dari China daratan menurun drastis.

Partai yang berkuasa Democratic Progressive Party (DPP) yang berhaluan pro kemerdekaan menuduh Beijing menggunakan turis 'sebagai senjata' untuk mengancam pemerintahannya.

Beijing masih mengatakan Taiwan adalah bagian dari China, dan Presiden China Xi Jinping sebelumnya mengatakan China akan mengambil alih Taiwan dengan kekerasan bila diperlukan.

Semakin sedikit negara di dunia yang mengakui Taiwan sebagai negara yang berdaulat dengan nama Republic of China. Beberapa negara yang masih mengakui adalah Vatikan dan beberapa negara di kawasan Pasifik dan Karibia.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China di Beijing telah berhasil memaksa beberapa negara untuk mengalihkan pengakuan, termasuk Republik Dominika dan Panama yang melakukannya dalam dua tahun terakhir.

Negara di kawasan Pasifik Solomon Islands diperkirakan akan menjadi negara berikutnya yang berpindah haluan mengakui Beijing.

ABC/AFP

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement