REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia akan bergabung dengan koalisi militer Amerika Serikat (AS) di Teluk Persia untuk melawan ancaman Iran. Koalisi tersebut melakukan patroli bersama untuk melindungi kapal tanker minyak dan kapal kargo dari ancaman Iran di Selat Hormuz.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, perilaku Iran merupakan ancaman bagi kepentingan negaranya serta pihak lain yang melalui kawasan itu. Apalagi, Selat Hormuz merupakan jalur air yang sangat penting karena menjadi lalu lintas minyak dunia.
“Pemerintah telah memutuskan bahwa kerja sama Australia untuk berkontribusi dengan mitra internasional kami merupakan sebuah kepentingan nasional. Kontribusi kami akan terbatas dalam ruang lingkup dan akan terikat waktu," ujar Morrison dalam konferensi pers, Rabu (21/8).
Morrison mengatakan, Australia akan mengirim pesawat pengintai P-8A Poseidon ke Timur Tengah selama satu bulan sebelum akhir 2019. Sementara kapal perang berjenis fregat akan dikerahkan pada Januari 2020 selama enam bulan.
Pengerahan militer Australia tersebut memperluas upaya yang dipimpin AS untuk mengamankan selat yang terletak antara Oman dan Iran, setelah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Barat. Washington telah menyerukan kepada seluruh sekutunya untuk bergabung dalam operasi koalisi militer di Teluk.
Australia merupakan sekutu setia AS. Dalam beberapa bulan terakhir, AS telah meminta Australia untuk bergabung dengan koalisi militer di teluk demi memepertahankan keamanan global.
Dalam beberapa bulan terakhir, perdagangan komoditas global telah terguncang oleh serangkaian serangan Iran terhadap kapal dagang internasional, dan penyitaan sebuah kapal tanker berbendera Inggris di Selat Hormuz. Hal ini membuat eskalasi di Teluk semakin meningkat.