Kamis 22 Aug 2019 19:00 WIB

Rudal AS di Asia Bisa Ancam Keamanan Internasional

Rusia mengkritik rencana AS menempatkan rudal di kawasan Asia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Militer Amerika Serikat (AS) mulai memindahkan sebagian sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang kontroversial ke lokasi penempatannya di Korea Selatan, Rabu (26/4).
Foto: Reuters/Missile Defense Agency
Militer Amerika Serikat (AS) mulai memindahkan sebagian sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang kontroversial ke lokasi penempatannya di Korea Selatan, Rabu (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia mengkritik rencana Amerika Serikat (AS) menempatkan rudal jarak menengah di kawasan Asia. Moskow menilai langkah itu menimbulkan ancaman bagi keamanan internasional.

“Tindakan AS menciptakan ancaman bagi keamanan internasional,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova saat dimintai tanggapan tentang rencana penempatan rudal AS di Asia, Kamis (22/8).

Baca Juga

Awal bulan ini Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengungkapkan rencananya untuk menempatkan rudal jarak menengah di Asia. Hal itu dia katakan setelah AS resmi keluar dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) yang dijalin dengan Rusia.

Esper berharap rencana itu dapat direalisasikan dalam waktu beberapa bulan mendatang. Namun dia masih belum bisa memastikan hal tersebut. “Hal-hal ini cenderung memakan waktu yang lebih lama,” ujarnya.

Akhir pekan lalu AS melakukan uji coba rudal jelajah Tomahawk berkemampuan nuklir di Pulau San Nicolas, Kalifornia. Menurut Pentagon, rudal berhasil menjangkau dan mengenai target setelah menempuh jarak lebih dari 500 kilometer. “Data yang dikumpulkan dan pelajaran yang diperoleh dari tes ini akan memberi informasi kepada Departemen Pertahanan untuk mengembangkan kemampuan rudal jarak menengah di masa mendatang,” kata Pentagon.

Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin uji coba tersebut meningkatkan ancaman terhadap negaranya. Putin menduga AS telah mempersiapkan dan membangun sistem rudalnya sebelum resmi hengkang dari perjanjian INF pada 2 Agustus lalu.

“Amerika telah menguji rudal ini terlalu cepat setelah menarik diri dari perjanjian. Itu memberi kami alasan kuat untuk percaya bahwa mereka telah mulai bekerja untuk mengadaptasi rudal jauh yang diluncurkan di laut sebelum mereka mulai mencari alasan untuk memilih keluar dari perjanjian,” ujarnya setelah melakukan pembicaraan dengan Presiden Finlandia Sauli Niinsto pada Rabu (21/8).

Putin berpendapat rudal yang diuji AS dapat diluncurkan dari peluncur yang telah ada di Rumania dan akan berlokasi di Polandia dalam waktu dekat. “Cukup hanya dengan mengubah perangkat lunak (untuk peluncuran jenis baru). Bagi kami ini berarti ada ancaman baru yang harus kita tanggapi dengan tepat,” ucapnya.

Putin mengatakan, negaranya akan bekerja untuk merancang rudal seperti yang diuji AS. Namun dia menegaskan bahwa Rusia tidak akan menyebarkan rudal yang sebelumnya dilarang dalam perjanjian INF ke daerah mana pun sebelum AS melakukan terlebih dahulu.

INF merupakan perjanjian yang ditandatangani Rusia dan AS pada 1987. Perjanjian itu melarang kedua negara untuk memproduksi serta memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement