Senin 26 Aug 2019 13:37 WIB

Ribuan Perempuan India Jadi Korban Serangan Asam Cuka

Serangan asam cuka diperkirakan menyasar 1.000 orang dalam satu tahun

Red:
abc news
abc news

Semakin banyak perempuan di India yang menjadi sasaran korban kekerasan serangan asam cuka yang menyebabkan muka mereka rusak parah. Salah seorangnya adalah Reshma Qureshi yang berusia 17 tahun ketika dia berjalan kaki hendak mengikuti ujian di sekolahnya di saat sekelompok pria melemparkan asam cuka ke mukanya.

Suami dari kakak perempuan dan dua sanak famili tersebut yang melakukan serangan. "Saya ketika itu belum pernah mendengar adanya serangan asam cuka." kata Qureshi yang sekarang berusia 23 tahun.

"Saya baru tahu banyaknya korban serangan asam cuka di India setelah saya diserang."

Setelah kejadian itu, Qureshi tidak mau menyembunyikan mukanya di depan umum, hal yang banyak dilakukan korban lainnya di India. Qureshi malah menjadi pegiat bagi para korban lainnya untuk mendapat keadilan.

Qureshi juga membuat vlog kecantikan, mengajar para penyintas bagaimana bersolek di wajah mereka yang rusak, dan juga melakukan aktivitas untuk meningkatkan kesadaran umum akan serangan asam cuka tersebut. Dia diundang untuk menjadi model di Peragaan Fesyen New York di tahun 2016 dan sudah menerbitkan satu buku menceritakan pengalamannya.

Meski sudah berkecimpung di banyak hal diantaranya dunia fesyen, Qureshi sampai sekarang belum melakukan satu hal yang betul-betul dikehendakinya: memiliki pekerjaan tetap.

"Di sini di India orang bereaksi berbeda bila saya berjalan di muka umum tanpa menutup wajah saya. Mereka akan bertanya, melotot dan mencemooh." katanya.

"Di Amerika Serikat, orang-orang akan tersenyum kepada kita. Mereka tidak pernah bertanya mengenai apa yang terjadi dengan saya, dengan muka saya."

Qureshi mengatakan banyak korban serangan asam cuka ini dilakukan oleh suami mereka, dan para perempuan itu kemudian masih harus membesarkan anak-anak mereka. "Saya mendesak perusahaan untuk memberikan mereka pekerjaan. Jangan ditolak karena muka mereka yang rusak." kata Qureshi.

Qureshi sekarang bekerja membantu sebuah badan amal yang menyediakan akomodasi, bantuan dan nasehat hukum bagi korban serangan asam cuka di New Delhi. Badan amal itu bernama "Make Love, Not Scars" (Sebarkan Cinta, Bukan Luka) menyediakan akomodasi bagi para perempuan yang hidupnya hancur karena tindak kriminal yang semakin meningkat di India tersebut.

Menurut CEO Make Love, Not Scars Tania Singh, sekitar 300 kejadian dilaporkan tiap tahun, namun angka sebenarnya dari serangan asam cuka ini diperkirakan 1.000 orang.

Jumlahnya semakin meningkat setiap tahun di India

"Ini bisa berarti dua hal, pertama semakin banyak yang berani dan lebih kuat dan mereka melaporkan apa yang dialami." kata Singh.

"Atau kedua, bahwa semakin banyak calon penyerang yang terpengaruh, belajar mengenai asam cuka dan melakukan tindak kriminal tersebut."

Di negeri tetangga India, Bangladesh, serangan asam cuka menurun setelah adanya UU baru yang membatasi penjualan bahan kimia berbahaya dan hukuman mati bagi pelaku serangan semacam ini. Sistem peradilan di India yang lambat dan rumit membuat bilapun penyerangnya dinyatakan sebagai tertuduh, diperlakukan waktu lima sampai 10 tahun untuk mengadili kasusnya.

"Saya tidak melihat ini akan menurun. Sepanjang asam cuka itu dengan mudah tersedia, saya memperkirakan korban serangan akan meningkat." kata Singh.

"Asam cuka adalah senjata. Kita tahu bagaimana di Amerika Serikat orang berbicara mengenai senjata api ? Itulah bagaimana mereka menggunakan cuka di India. "

Singh mengatakan bahwa banyak korban yang mendatangi penampungan di New Delhi ini diserangan oleh orang-orang yang dekat dengan mereka.

Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement