Jumat 06 Sep 2019 08:38 WIB

Anggota Parlemen Korsel Dikecam karena Komentar Misoginis

Anggota parlemen itu mengomentari calon kepala komisi dagang yang tak menikah.

Ilustrasi Kaki Bayi
Foto: Pixabay
Ilustrasi Kaki Bayi

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Jeong Kab-yoon, anggota parlemen dari oposisi Liberty Party Korea, Korea Selatan (Korsel) dihujani kritik oleh masyarakat setelah ia membuat komentar misoginis atau bernada diskriminatif terhadap seorang profesor perempuan yang tak menikah dan tak memiliki anak.

Ujaran misoginis itu dilemparkan Jeong terhadap Joh Sung-wook, seorang profesor ekonomi lulusan Harvard, saat uji kompetensi calon kepala Komisi Dagang Korsel (KFTC), Senin (2/9). "Anda tak menikah, bukan? Problem utama di Korsel muncul saat perempuan memilih tak punya anak," kata Jeong sebagaimana dikutip oleh Yonhap.

Baca Juga

Jeong menambahkan Joh akan menjadi kandidat yang sempurna jika ia menikah dan punya anak. Dilansir di The Guardian, Kamis (5/9), Jeong meminta Joh memenuhi kewajibannya melayani negara dengan menikah dan punya anak. Komentar Jeong itu langsung dikritik oleh para politikus lain yang menghadiri uji kompetensi di gedung parlemen. Mereka pun menuntut Jeong meminta maaf kepada Joh.

"Jika saya menyakiti perasaan Anda atau masyarakat, saya minta maaf," kata Jeong kepada Joh saat sidang tersebut. Joh mengatakan ia menerima permintaan maaf.

Reaksi protes juga dilayangkan sejumlah pegiat hak perempuan. Mereka mengutuk pernyataan Jeong dan meminta dewan parlemen menjatuhkan hukuman bagianggota dewan itu.

"Pernyataan yang menyangkut pernikahan dan urusan anak terhadap seorang calon kepala komisi negara saat uji kompetensi merupakan pelanggaran serius terhadap hak perempuan dan pekerja," kata Women's Association United, kelompok pegiat perempuan di Korsel dalam pernyataan tertulisnya.

Korsel, negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar keempat di Asia, menghadapi masalah tingkat kelahiran rendah karena banyak perempuan memilih tidak memiliki anak. Untuk meningkatkan angka kelahiran, pemerintah menggelontorkan subsidi senilai miliaran dolar AS untuk membantu keluarga dan anak, dari lahir sampai menempuh pendidikan setingkat universitas hingga kehidupan selanjutnya. Data Badan Statistik Korsel menunjukkan rata-rata angka kelahiran pada 2018 jatuh pada tingkat terendah di kisaran 0,98.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement