REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meminta negara-negara Asia Tengah untuk menolak tuntutan Cina memulangkan Uighur, kelompok etnis yang sebagian besar Muslim dari Xinjiang di barat Cina.
Hal itu disampaikan Pompeo saat berbicara pada pertemuan dengan menteri luar negeri Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan, dilansir dari kantor berita Turki, Anadolu Agency, Senin (23/9).
Pompeo mengatakan, dia meminta agar rekan-rekannya untuk bekerja sama dalam kontraterorisme, menyoroti penanganan pejuang teroris asing dan pengembalian mereka, penuntutan, dan reintegrasi. Dia mengatakan, AS akan turut membantu negara-negara Asia Tengah saat memerangi terorisme.
"Dan lebih jauh tentang masalah terorisme, saya ingin menjelaskan bahwa kampanye represif Cina di Xinjiang bukan tentang terorisme. Ini tentang upaya Cina untuk menghapus kepercayaan dan budaya Muslim warganya sendiri," ujarnya.
Menurut pejabat AS dan pakar di PBB, hampir satu juta orang, atau sekitar tujuh persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dikurung dalam kamp yang Cina sebut sebagai "pendidikan ulang politik. "Kami menyerukan semua negara menentang tuntutan Cina untuk memulangkan Uighur," kata Pompeo.
Wilayah Xinjiang Cina adalah rumah bagi sekitar 13 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh otoritas Cina melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.