REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sebanyak 35 kandidat tercatat akan bersaing memperebutkan kursi presiden Sri Lanka untuk periode berikutnya dalam pemilu bulan depan, Senin (7/10). Jumlah tersebut menjadi rekor terbaru sebagai kandidat calon presiden terbanyak sepanjang sejarah negara itu.
Rekor sebelumnya terjadi pada 2010 dengan 22 kandidat. Rajapaksa merupakan menteri pertahanan ketika saudaranya Mahinda Rajapaksa menjabat sebagai presiden.
Dia populer karena perannya dalam mengakhiri perang saudara yang panjang di Sri Lanka satu dekade lalu. Presiden inkumben Maithripala Sirisena tidak ikut dalam kontestasi politik tersebut. Dia diperkirakan akan mengalami kesulitan mengalahkan Rajapaksa.
Keputusan tidak ikut serta Rajapaksa diketahui ketika dia tidak membayar deposit wajib pada tenggat waktu akhir pekan ini. Dengan begitu, dia tidak memenuhi syarat mengajukan diri dalam pemilihan presiden berikutnya. Rajapaksa mewakili partai yang memisahkan diri dari Sirisena dan memiliki loyalitas mayoritas dari partai Sirisena.
Sebanyak 41 kandidat membayar deposit sebelum tenggat waktu, hanya saja enam dari jumlah tersebut menarik diri dari pertarungan. Komisi Pemilihan Umum membuka periode dua jam untuk pendaftaran pada Senin.
Rajapaksa mengatakan setelah mengajukan pendaftaran, Dia yakin akan menang. Saingan utamanya adalah Sajith Premadasa dari koalisi yang memerintah saat ini.
Premadasa adalah putra mantan Presiden Ranasinghe Premadasa, yang dibunuh pada 1993 oleh pemberontak Macan Tamil. Para pemberontak akhirnya dikalahkan dalam perang saudara.
"Kami sangat yakin sebagian besar orang Sri Lanka dari semua latar belakang etnis terlepas dari peran dan keyakinan akan mendukung program monumental, pemecahan jalan yang akan membuat negara kita makmur," kata Premadasa.
Dia menyatakan akan memulai program politik yang demokratis dan memastikan hak-hak semua warga negara dilindungi. Kandidat yang akan bertarung untuk kursi presiden terdiri dari dua biksu Buddha, empat orang dari komunitas Muslim minoritas yang sebagian besar penduduknya beragama Buddha, dan dua dari komunitas Tamil. Hanya ada satu kandidat perempuan.
Kandidat Muslim dan Tamil kemungkinan akan menarik suara protes terhadap partai-partai utama yang dipimpin oleh mayoritas etnis Sinhala. Warga Tamil merasa tidak puas karena pemerintah Sirisena yang gagal memenuhi pengaturan pembagian kekuasaan yang dijanjikan dan tidak memberikan kepastian kepada keluarga yang kerabatnya dilaporkan hilang dalam perang saudara.
Muslim Sri Lanka merasa pemerintah gagal menghentikan penganiayaan terhadap umat Islam setelah pengeboman April yang menewaskan lebih dari 260 orang di tiga gereja dan tiga hotel turis di Sri Lanka. Serangan itu disalahkan pada dua kelompok lokal yang terinspirasi oleh kelompok ISIS.