Sabtu 12 Oct 2019 09:40 WIB

Suriah Terancam Krisis Baru Kemanusiaan

Turki mengklaim, sudah menewaskan lebih dari 340 orang milisi Kurdi.

Foto yang diambil dari sisi Turki di perbatasan Turki-Suriah di Akcakale, Provinsi Sanliurfa menunjukkan asap membumbung usai serangan militer Turki, Kamis (10/10).
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Foto yang diambil dari sisi Turki di perbatasan Turki-Suriah di Akcakale, Provinsi Sanliurfa menunjukkan asap membumbung usai serangan militer Turki, Kamis (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Badan pengungsi PBB UNHCR, Jumat (11/10), mengatakan, puluhan ribu warga sipil di Suriah terpaksa mengungsi sejak Turki menggelar operasi militer pada Rabu (9/10) lalu. Menurut organisasi kemanusiaan Syrian Observatory for Human Rights, sudah lebih 60 ribu orang yang terusir rumah mereka.

"Ratusan ribu warga sipil di Suriah utara sekarang dalam bahaya, infrastruktur sipil dan warga sipil tidak boleh menjadi target serangan," kata komisioner tinggi untuk pengungsi PBB Filippo Grandi, seperti dilansir the Guardian, Jumat.

Baca Juga

UNHCR meminta semua pihak mematuhi hukum humaniter internasional. Termasuk, memberikan akses bantuan untuk organisasi kemanusiaan. Laman Aljazirah melaporkan, serangan Turki memasuki hari ketiga pada Jumat. Hingga berita ini ditulis, Kementerian Pertahanan Turki mengklaim telah menewaskan 342 anggota milisi Kurdi di Suriah timur laut.

Sementara itu, para pengungsi diikuti oleh puluhan pekerja kemanusiaan. Mereka menyeberang dari Suriah ke Turki setelah organisasi-organisasi kemanusiaan memerintahkan evakuasi demi mengantisipasi serangan Turki yang lebih luas di wilayah tersebut.

Organisasi kemanusiaan, pemimpin-pemimpin militer dan petinggi organisasi internasional sudah memperingatkan ratusan ribu orang akan berada dalam bahaya dari serangan Turki. Operasi militer ini mengincar pasukan Kurdi yang berperang melawan ISIS di Suriah, yaitu payung koalisi yang diikuti suku Kurdi di Suriah, Syrian Democratic Forces (SDF).

Turki mengklaim bahwa salah satu anggota SDF adalah kelompok yang mendapat label teroris di Turki. Suriah sudah menjadi salah satu negara dengan krisis kemanusian paling rumit di dunia. Jutaan orang terpaksa mengungsi baik di dalam maupun luar perbatasan.

Organisasi-organisasi kemanusiaan memperingatkan serangan Turki di timur laut Suriah mengancam nasib jutaan orang. Salah satu organisasi yang prihatin dengan serangan itu adalah International Rescue Committee (IRC).

"Ketika serangan Turki ke Suriah dimulai, IRC sangat khawatir dengan nasib dan nyawa dua juta warga sipil di sebelah timur laut Suriah yang sudah selamat dari brutalitas ISIS dan mengungsi berkali-kali," kata organisasi yang didirikan Albert Einstein itu dalam pernyataan mereka yang dilansir the Guardian, Jumat.

IRC mengatakan, serangan militer dapat memaksa 300 ribu orang mengungsi. Selain itu, juga membahayakan nyawa layanan kemanusiaan, termasuk yang disediakan oleh IRC.

Organisasi hak asasi manusia Amnesty International juga memperingatkan bahayanya serangan tanpa pandang bulu. Serangan itu dapat membuat korban dari warga sipil berjatuhan.

"Baik Turki maupun pasukan Kurdi memiliki rekam jejak untuk melakukan serangan tanpa pandang bulu di Suriah yang telah menewaskan sejumlah warga sipil, ini tidak boleh dibiarkan terjadi lagi," kata direktur peneliti Timur Tengah di Amnesty International, Lynn Maalouf.

Organisasi kemanusiaan Save the Children juga memperingatkan dampak serangan Turki ke Suriah. Mereka meminta operasi militer yang diluncurkan Ankara tidak berdampak pada warga sipil yang mungkin terpaksa mengungsi.

Save the Children mengatakan, saat ini, ada 1,65 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan di wilayah timur laut Suriah. "Semua layanan pokok seperti makanan, air, tempat tinggal sementara, kesehatan, pendidikan, dan perlindungan harus disedia secara konsisten kepada semua warga sipil atau kami akan melihat bencana kemanusiaan kembali terjadi di depan mata kami," kata Save the Children dalam pernyataan mereka.

photo
Warga membawa jenazah seorang perempuan yang terbunuh akibat serangan militer turki di Kota Qamishli, Suriah, Kamis (11/10).

Sementara, sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jean Stoltenberg dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker meminta Turki menghindari instabilitas baru di Suriah. Serangan Turki mengancam krisis baru kemanusiaan.

Dalam pernyataannya, Juncker mengatakan, Uni Eropa memang berkontribusi sebesar 6 miliar euro untuk membantu Turki menampung 3,6 juta pengungsi Suriah. Ia menambahkan, Eropa tidak akan menambah kontribusi mereka untuk 'zona aman' yang ingin Turki ciptakan.

"Saya menyerukan kepada Turki, juga semua aktor lain, untuk menahan aksi mereka dan berhenti menggelar operasi, seperti yang sedang berlangsung saat kami berbicara di sini," kata Juncker.

Tak dukung Trump

Presiden AS Donald Trump yang menarik pasukan AS dari Suriah mengatakan, ia berharap, dapat memediasi konflik antara Turki dengan Kurdi di Suriah. Keputusan Trump membuka jalan bagi Turki untuk melakukan serangan ke pasukan Kurdi di Suriah timur laut.

Keputusan Trump tersebut mencetuskan kehebohan di dalam partainya sendiri, Partai Republik. Anggota House of Representative dari Partai Republik ingin menerapkan sanksi ke Turki. Sanksi ini sebagai hukuman karena anggota NATO itu telah menyerang pasukan Kurdi di Suriah. "(Turki harus menerima) konsekuensi serius atas serangan tanpa ampun kepada sekutu Kurdi kami di kawasan," kata anggota Kongres Liz Cheney, seperti dilansir BBC.

Anggota Republik lain John Shimkus juga mengritik Trump. Laman CNN melaporkan, ia bahkan mengambil tindakan lebih jauh dengan menyatakan tak lagi mendukung Trump. n Lintar Satria

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement