Ahad 03 Nov 2019 04:50 WIB

Polusi Kian Parah, Delhi Bagikan 5 Juta Masker untuk Warga

Level polusi udara di Delhi 20 kali lebih tinggi dari batas aman.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Anak-anak bermain dan berenang di kolam air mancur monumen India Gate, New Delhi, India, Senin (12/8).
Foto: Republika/Ahmad Fikri Noor
[ilustrasi] Anak-anak bermain dan berenang di kolam air mancur monumen India Gate, New Delhi, India, Senin (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, DELHI -- Kabut asap tebal kecoklatan masih menyelimuti wilayah ibu kota nasional Delhi, India. Indeks kualitas udara melonjak di atas 500 pekan ini, dengan level polusi udara 20 kali lebih tinggi dari batas aman rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menteri Utama Delhi, Arvind Kejriwal, mengumumkan darurat kesehatan masyarakat dan membagikan lima juta masker untuk warga. Dia menyebut Delhi sudah berubah menjadi "kamar gas", di mana udara menjadi racun dan 20 juta orang berjuang untuk bernapas.

Krisis polusi udara seolah menjadi tradisi tahunan di Delhi. Pemicu utamanya yakni kombinasi perubahan udara dingin, asap beracun dari petasan perayaan Diwali, serta asap bakaran tunggul tanaman dari para petani di Punjab dan Haryana.

Hingga Selasa (5/11) mendatang, pemerintah meliburkan sekolah-sekolah di Delhi. Semua proyek konstruksi diperintahkan berhenti sementara pemerintah mengorganisir sejumlah upaya untuk mengatasi kondisi kritis tersebut.

Mulai Senin (4/11), Delhi akan memulai skema uji coba ganjil-genap untuk menekan emisi gas buang. Akan tetapi, para pengamat mengatakan pemerintah perlu langkah-langkah yang jauh lebih kuat untuk menghentikan penyebab utama polusi.

Implikasi kesehatan jangka panjang hidup di wilayah berpolusi memang mencemaskan. Universitas Chicago menemukan bahwa harapan hidup penduduk Bihar, Chandigarh, Delhi, Haryana, Punjab, Uttar Pradesh, dan Benggala Barat berkurang tujuh tahun karena polusi.

Pemerintah telah berjanji untuk mengatasi polusi dengan membuat undang-undang dan peraturan baru. Akan tetapi, dari tahun ke tahun udara tidak menjadi lebih bersih. Begitu pula larangan petasan yang masih susah diterapkan, dikutip dari laman The Guardian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement