Ahad 03 Nov 2019 15:55 WIB

Artikel Larang Muslim Ikut Pemilu, Boles: Liddle Menjijikan

Artikel larangan muslim ikut pemilu menuai kecaman publik Inggris.

Rep: Zainur mahsir ramadhan/ Red: Joko Sadewo
Sajid Javid
Foto: onislam.net
Sajid Javid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Inggris, Sajid Javid mengkritik sebuah majalah sayap kanan pada Jumat (1/11). Kritik tersebut ia lontarkan setelah salah satu kontributor di majalah Spectator, Rod Liddle menuliskan dalam kolomnya, bahwa umat Islam harus dihapuskan dari pemungutan suara dalam pemilihan nasional Inggris.

 

Secara spesifik kolom itu memang menyarankan bahwa pemilihan pada 12 Desember mendatang, umat muslim setempat dilarang untuk melakukan apapun. Sajid Javid yang merupakan Menteri muslim di Inggris.

 

“Tidak jelas apakah komentar Rod Liddle dianggap lelucon, tetapi itu tidak lucu dan tidak dapat diterima. Tidak ada komunitas di negara kita yang harus dihancurkan seperti itu,” kata Javid dalam sebuah tweet, seperti dilansir Thenational, Ahad (3/11).

 

Sementara itu, mantan anggota parlemen dari partai Konservatif, Nick Boles menggambarkan Liddle sebagai orang yang menjijikan. Dalam sebuah tweet-nya ia juga menyatakan bahwa ia tidak akan pernah menjadi “Tory yang pantas”.

 

“Dalam pandangannya, Torry yang pantas adalah bentuk rasis yang membenci muslim Inggris. (dia) lelaki yang menjijikan,” kata dia.

 

Lebih jauh, Asisten editor dari majalah tersebut, Isabel Hardman juga sangat tidak setuju dengan artikel tersebut. Oleh sebab itu, ia mengklaim bahwa dirinya tidak terlibat dalam proses penerbitannya.

 

Artikel yang menyebabkan huru-hara itu juga berdampak pada majalah tersebut, selain dari kekesalan yang diterima oleh Liddle. Hingga kini diketahui, majalah yang telah berusia 190 tahun itu denda sekitar tiga ribu poundsterling dan dituntut untuk mengeluarkan permohonan maaf.

 

Lebih jauh, majalah tersebut beranggapan bahwa artikel itu diterbitkan karena adanya kesalahpahaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di mana dalam prosesnya, pihak majalah juga sangat menyesalinya. Hingga Jumat, majalah Spectator tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar terkait artikel tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement