Senin 04 Nov 2019 16:41 WIB

New Delhi Terapkan Ganjil-Genap untuk Kurangi Polusi Udara

Kualitas udara New Delhi sembilan kali lebih buruk dibandingkan yang seharusnya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.
Foto: AP Photo/R S Iyer
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- New Delhi membatasi penggunaan mobil pribadi di jalanan. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara mengurangi racun polusi udara yang membuat mata pedih dan sesak nafas.

Seperti Jakarta yang menerapkan kebijakan ini untuk memperbaiki kualitas udara, New Delhi juga memberlakukannya untuk mengatasi bencana polusi udara. Langkah ini dilakukan setelah otoritas di ibu kota India itu berusaha mengatasi tingkat polusi udara yang mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Baca Juga

Dewan Pengawas Polusi Pusat India menyatakan kualitas udara New Delhi diangka 436, sekitar sembilan kali lebih buruk dibandingkan yang seharusnya. Polisi lalu lintas yang menggunakan masker memberi tanda kepada mobil yang tidak diizinkan memasuki jalan tertentu. Kepala Menteri New Delhi Arvind Kejriwal meminta warga, taksi dan becak bermotor untuk mematuhi peraturan.

Pihak berwenang mengatakan pembatasan yang dilakukan selama dua pekan ini akan membuat hampir 1,2 juta kendaraan terdaftar tidak dapat turun ke jalan. Masyarakat merespons peraturan ini dengan cara yang berbeda-beda. Banyak orang yang tidak memakai masker di luar ruangan.

"Saya pikir skema ganjil-genap tidak akan menghasilkan apa-apa, sebagian besar pembakaran di negara bagian Punjab dan Haryana yang berkontribusi pada polusi dan polusi industri juga sangat tinggi," kata warga Delhi, Ajay Jasra.

Polusi udara di New Delhi dan negara-negara bagian India di sebelah utara berada dipuncaknya. Petani di wilayah pertanian mempersiapkan musim tanam dengan membakar lahan. Polusi di ibu kota India juga mencapai puncaknya setelah perayaan Diwali, upacara Hindu di mana orang-orang menyalakan kembang api.

Banyak masyarakat yang ingin meninggalkan ibu kota karena buruknya kualitas udara. New Delhi yang memiliki 20 juta penduduk salah satu kota terpadat di India.

"Saya merasa ingin pindah dari sini karena saya masih muda dan saya masih membangun hidup dan karier saya," kata warga Delhi lainnya, Divyam Mathur.

Kebijakan pembatasan kendaraan telah menjadi proyek utama partai berkuasa Aaam Aadmi dalam mengatasi polusi udara. Kebijakan ini sudah dilakukan dua kali pada 2016. Tapi penerapannya masih kontroversial dan keberhasilannya juga diperdebatkan.

Emisi dari kendaraan dan industri, polusi kembang api dan debu konstruksi meningkat selama musim dingin memperburuk krisis kesehatan publik di India. Pada tahun lalu pemerintah New Delhi memerintahkan pemadam kebakaran untuk menyiram air dari atas gedung tinggi demi mengatasi debu halus. Mereka juga berhenti membakar sampah dan memerintahkan gedung untuk menutup lokasi pembangunan dengan terpal.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement