Pemerintah Turki menyatakan telah menangkap salah seorang istri Abu Bakr al-Baghdadi namun tidak berkoar-koar seperti saat Amerika Serikat mengumumkan rincian mengenai tewasnya pemimpin ISIS tersebut di Suriah Utara.
Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya di Ankara University, Rabu (6/11/2019) waktu setempat, menyatakan Turki telah lama menangkap istri Baghdadi, namun tidak memberikan perincian lebih lanjut.
Seorang pejabat Turki mengatakan istri Baghdadi dan putrinya termasuk 11 orang yang ditahan dalam operasi polisi di Provinsi Hatay, dekat perbatasan Suriah, tanggal 2 Juni 2018.
"Amerika Serikat mengatakan Baghdadi meledakkan diri sendiri di sebuah terowongan. Mereka kemudian berkoar-koar mengenai hal itu," kata Presiden Erdogan.
"Tetapi saya umumkan hal ini untuk pertama kalinya. Kami sudah menangkap istrinya dan tidak sama sekali berkoar-koar. Kami juga sudah menangkap saudara perempuan dan ipar laki-lakinya di Suriah," ujarnya.
Dalam postingan Twitter yang memuji pasukan AS dan kepemimpinannya, Presiden Donald Trump menggambarkan dengan rinci penggerebekan terhadap Baghdadi yang berakhir dengan pemimpin ISIS tersebut meledakkan rompi bom yang dikenakannya.
Awal minggu ini, seorang pejabat Turki mengatakan negara itu telah menangkap saudara perempuan Baghdadi, suaminya dan anak perempuan mereka, dan berharap akan mendapatkan data mengenai ISIS dari mereka.
Namun Ankara tidak mengatakan bentuk informasi seperti apa yang dimiliki mereka. Penangkapan dilaporkan dilakukan hari Senin di Aleppo yang sekarang berada dalam penguasaan Turki.
Hari Rabu, pejabat Turki lainnya mengatakan istri Baghdadi bernama Asma Fawzi Muhammad Al-Qubaysi sebelumnya mengaku sebagai orang lain ketika ditangkap.
"Kami dengan cepat menemukan identitas aslinya," katanya seraya menambahkan informasi itu kemudian membuat mereka bisa menangkap yang lain.
"Saat itu dia memberikan berbagai informasi mengenai Baghdadi dan bagaimana ISIS dijalankan," jelasnya.
Dia mengatakan uji DNA juga mengukuhkan bahwa seorang lain yang ditangkap adalah putri Baghdad dan mereka sekarang ditahan di Turki.
Baghdadi membentuk kelompok teroris ISIS dan menyebut dirinya sebagai "Khalifah" ketika berhasil menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah dari tahun 2014 sampai 2017 sebelum koalisi pimpinan AS mengalahkan mereka.
Para pemimpin dunia menyambut baik tewasnya Baghdadi namun memperingatkan bahwa ISIS yang masih melakukan kekejaman terhadap minoritas di sana tetap menjadi ancaman di Suriah dan kawasan lain.
Bulan lalu Menlu AS Mike Pompeo mengatakan dua istri Baghdadi juga tewas dalam operasi AS yang berakhir dengan kematian Baghdadi. ISIS sendiri telah mengumumkan pengganti Baghdadi adalah Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi.
Seorang pejabat AS di Washington pekan lalu mengatakan mereka sedang mencari data diri pemimpin baru tersebut.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini
ABC/wires