Kamis 28 Nov 2019 14:22 WIB

Mahalnya Sydney Membuat Orang Tua Asal China Kirimkan Bayinya ke China

Sebutan untuk bayi-bayi yang dikirim ke luar negeri ini adalah 'satellite babies'.

Red:
.
.

Saat Sophie Ding dan Ben Meng memiliki anak keduanya, banyak biaya yang harus mereka keluarkan. Dari cicilan rumah, biaya perawatan anak, ditambah dengan biaya hidup di Sydney yang meningkat, membuat mereka merasa kesulitan.

Setahun setelah merayakan ulang tahun pertamanya, bayi perempuan mereka, Valerie, dikirimkan ke keluarga mereka di China untuk dirawat dengan kakek neneknya di Sichuan.

Baca Juga

"Saya luar biasa menangisnya saat berada di bandara setelah ia pergi," ujar Sophie yang pindah ke Australia tahun 2005 sebelum bertemu suaminya.

"Saat itu, saya merasa seharusnya tidak mengirimkannya ke China, saya merasa tidak enak."

 

Pasangan Sophie dan Ben bukanlah satu-satunya orang tua di Australia yang mengirimkan anak mereka untuk dirawat dengan sanak saudaranya di luar negeri demi mencukupi kebutuhan hidup.

Sebuah laporan terbaru dari University of Notre Dame yang mendatangi satu kawasan pemukiman di Sydney menemukan 19 anak-anak telah dikirimkan ke negara asalnya untuk dirawat dengan kakak dan neneknya.

Laporan ini berdasarkan penelitian di sebuah kawasan pemukiman sebelah barat Sydney, yang memiliki populasi pendatang asal China yang tinggi. Bayi-bayi yang berpisah dari orang tuanya rata-rata berusia nol hingga lima tahun dan mereka berada di luar negeri selama 20 bulan.

Sebutan untuk bayi-bayi yang dikirim ke luar negeri ini adalah 'satellite babies'.

Menurut penelitian tersebut, beberapa orang tua migran tidak terlalu mendapat bantuan dari orang tuanya, sehingga memilih anak-anak mereka dibesarkan oleh kakek nenek di negara kelahiran mereka, di saat mereka bekerja atau belajar di Australia.

Sophie mengatakan ia merasa tenang karena tahu bayi perempuannya dirawat oleh orang tuanya sendiri, ketimbang di tempat perawatan anak.

 

Mereka tetap berhubungan dengan bayinya lewat jejaring sosial yang tersedia di China, seperti "WeChat'.

"Kita mengecek WeChat setiap hari untuk melihat apakah ada foto Valerie dari China," kata Ben.

"Apakah rambutnya dicukur? Apa yang terjadi dengannya hari ini?"

Keputusan karena mahalnya biaya hidup

Shanthi Robertson, seorang peneliti migrasi dari Western Sydney University mengatakan kesulitan keuangan menjadi alasan utama mengapa orang tua memilih menjadikan anak-anak mereka sebagai 'satellite babies'.

"Mereka mungkin tak punya akses untuk mendapat perawatan anak yang disubsidi pemerintah karena status visanya yang sementara dan biaya hidup yang juga naik, seperti di Melbourne dan Sydney," ujarnya.

Meningkatkan biaya hidup terus menjadi masalah besar di Australia, termasuk disebabkan mahalnya harga rumah, termasuk sewa rumah dan biaya perawatan anak.

Sydney berada di peringkat ke-16 kota paling mahal di Australia tahun ini menurut survey 'Worldwide Cost of Living' yang dibuat 'Economist Intelligence Unit'.

Tapi ada juga faktor budaya dibalik fenomena 'baby satellite' ini.

"Ini biasa terjadi di negara dengan pola perawatan tiga generasi dan biasa terjadi juga dimana kakek nenek memiliki peranan dan kehidupan cucu-cucu mereka," kata Dr Robertson.

 

Dr Robertson sudah banyak berbicara dengan sejumlah orang tua dan kebanyakan dari mereka setuju jika mengirimkan anak-anak mereka ke luar negeri adalah suatu hal yang sulit.

"Saya rasa orang tua melihatnya sebagai sebuah pengorbanan agar mereka memiliki kehidupan yang lebih baik untuk anak-anak dan keluarganya dalam jangka panjang," katanya.

"Mereka merasa ini adalah hal paling terbaik yang bisa dilakukan untuk anak-anak mereka untuk saat ini."

Meski bayi perempuannya berada di China, tapi Sophie mengaku Valerie selalu ada benaknya.

"Saya tak mau lagi terlewat melihatnya tumbuh besar, seperti waktu dia berjalan pertama kalinya, saya terlewat melihatnya," kata Sophie.

"Ia mulai berjalan setelah ia berada di China."

Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini dan baca cerita-cerita seputar hidup di Australia, termasuk kerja dan studi hanya di ABC Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement