Ahad 08 Dec 2019 10:46 WIB

Korea Utara Lakukan Uji Coba Peluncuran Rudal

Uji coba peluncuran rudal Korea Utara dilakukan di situs peluncuran satelit Sohae.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Foto stasiun peluncuran satelit Sohae milik Korea Utara. Korea Utara akan melakukan uji coba peluncuran rudal di Sohae.
Foto: [ist]
Foto stasiun peluncuran satelit Sohae milik Korea Utara. Korea Utara akan melakukan uji coba peluncuran rudal di Sohae.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL --  Korea Utara telah melakukan tes sangat penting di situs peluncuran satelit Sohae. Tempat tersebut sempat dijanjikan akan ditutup karena permintaan dari Amerika Serikat (AS).

Laporan kantor berita Korea Utara KCNA pada Ahad (8/12), menyatakan, tes itu dilakukan ketika tenggat waktu untuk perundingan di akhir tahun semakin dekat. Langkah itu merupakan jalan baru di tengah perundingan denuklirisasi yang macet dengan AS.

Baca Juga

KCNA menyebutnya langkah yang dilakukan merupakan tes sukses yang sangat penting. Meski begitu, tidak ada laporan jelas bentuk tes yang telah dilakukan di situs tersebut.

"Hasil uji penting baru-baru ini akan memiliki efek penting pada perubahan posisi strategis DPRK sekali lagi dalam waktu dekat," lapor KCNA merujuk nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan biasanya mengeluarkan peringatan jika rudal terlihat diluncurkan dari Korea Utara. Namun, justru hingga saat ini masih menolak berkomentar.

Para analis mengatakan situs itu sebelumnya tidak pernah digunakan untuk meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM). Hanya saja, tempat itu telah digunakan untuk menguji mesin rudal.

Para ahli rudal mengatakan, tampaknya Korea Utara telah melakukan uji statik terhadap mesin roket dan bukan peluncuran rudal. "Ini kemungkinan adalah uji mesin berbasis darat di tempat uji Sohae. Ini bukan peluncuran," kata asisten senior di Federasi Ilmuwan Amerika Ankit Panda melalui akun Twitter.

Pengamat telah menyarankan peluncuran satelit ruang angkasa adalah suatu kemungkinan. Kemungkinan ini membuat Pyongyang menunjukkan dan menguji kemampuan roketnya tanpa menggunakan provokasi militer secara terbuka seperti peluncuran ICBM.

Ketegangan telah meningkat antara Pyongyang dan Washington menjelang tenggat waktu akhir tahun yang ditetapkan oleh Korea Utara. Pyongyang menyerukan AS untuk mengubah kebijakann menuntut denuklirisasi sepihak dan menuntut pembebasan dari hukuman sanksi.

Pada Sabtu (7/12), Duta Besar Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kim Song mengatakan, perundingan dan pembicaraan denuklirisasi dengan AS tidak diperlukan.

Pada Juni 2018, Presiden AS Donald Trump mengatakan setelah pertemuan puncak pertamanya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kalau Korea Utara telah berjanji untuk membongkar salah satu instalasi misilnya. Tempat itu diidentifikasi oleh para pejabat AS sebagai Sohae.

Tidak lama setelah pertemuan puncak itu, para analis mengatakan citra satelit menunjukkan beberapa fasilitas utama di Sohae yang dibongkar. Namun, setelah pertemuan puncak kedua antara Trump dan Kim awal tahun ini, citra baru menunjukkan Korea Utara sedang membangun kembali situs tersebut.

Pada saat itu Trump mengatakan sangat kecewa jika laporan pembangunan kembali itu benar. Dalam beberapa peekan terakhir, laporan media mengindikasikan tingginya jumlah penerbangan pengintaian militer AS di semenanjung Korea, menunjukkan meningkatnya kemungkinan tes yang dilakukan Korea Utara.

Pencitraan satelit komersial yang ditangkap oleh Planet Labs menunjukkan aktivitas baru di Stasiun Peluncuran Satelit Sohae dan keberadaan sebuah kontainer pengiriman besar, Kamis. Analis menyarankan, kondisi itu mengindikasikan suatu pengujian akan segera terjadi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement