REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Partai Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meraih kemenangan dalam pemilihan umum (pemilu). Menurut jejak pendapat yang dilakukan beberapa lembaga survei, Partai Konservatif mendulang suara tertinggi sejak kemanangan 1987 Margaret Thatcher.
Hal itu diyakini memuluskan langkah dalam membawa Ingris keluar dari Uni Eropa atau dikenal Brexit dalam hitungan minggu. Johnson menilai, kemenangannya sangat berharga.
Johnson memenangkan mayoritas suara di parlemen dengan 650 kursi setelah hasil survei menunjukkan Partai Konservatif memenangkan 368 kursi. Dia mengatakan, Partai Konservatifnya memberikan mandat baru yang kuat untuk menyelesaikan Brexit.
"Saya pikir ini akan berubah menjadi pemilihan bersejarah yang memberikan kita kemenangan dalam pemerintahan baru ini, kesempatan untuk menghormati kehendak demokratis rakyat Inggris," ujar Johnson.
Sementara, Partai Buruh diproyeksikan memenangkan 203 kursi. Angka itu adalah hasil terburuk bagi partai sejak 1935. Pemimpinnya Jeremy Corbyn pun mengatakan, dia akan mundur.
Penghitungan prakiraan oleh BBC, menunjukkan Tories (nama lain partai Konservatif) mendapatkan 364 kursi parlemen, sementara Partai Buruh 203 kursi, The Scottish National Party (SNP) dengan 48 kursi, dan Liberal Demokrasi 12 kursi.
Johnson akan segera meratifikasi kesepakatan Brexit yang ia buat dengan Uni Eropa sehingga Inggris dapat hengkang pada 31 Januari, 10 bulan dari yang direncanakan. Kendati demikian, Johnson menghadapi tantangan untuk mencapai perdagangan internasional baru. Hal itu berarti harus mempertahankan posisi London sebagai ibu kota negara keuangan global teratas dan menjaga Inggris tetap bersatu.
Sementara itu, para pemimpin Uni Eropa tengah bekerja untuk mempersiapkan Brexit setelah kemenangan Johnson. Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengatakan, hasil pemilu Inggris memungkinkan terwujudnya Brexit.
"Itu berarti kami akan bergerak maju dengan pemisahan kami sekarang. Kami sekarang memiliki sebelas bulan untuk menyelesaikan kesepakatan, dan ini adalah waktu yang singkat," kata dia dilansir Deutche Welle.
Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel, yang menjadi tuan rumah pertemuan puncak Jumat di Brussels, mengatakan pihaknya siap melakukan langkah lanjutan. "Kami siap untuk langkah-langkah selanjutnya dan kami akan melihat apakah mungkin bagi parlemen Inggris untuk menerima Perjanjian Penarikan dan mengambil keputusan," katanya.