REPUBLIKA.CO.ID, STRASBOURG -- Parlemen Eropa memberikan penghargaan Sakharov Prize kepada aktivis hak-hak etnis Uighur Ilham Tohti, Rabu (18/12). Penghargaan itu diterima oleh putrinya Jewher Ilham. Sebab saat ini Tohti sedang menjalani hukuman penjara seumur hidup di China.
Penghargaan untuk Tohti sebenarnya telah diumumkan pada Oktober lalu. Dia dianggap telah berperan dalam menyuarakan dan membela hak-hak etnis Uighur.
"Dengan memberikan hadiah ini, kami sangat mendesak Pemerintah China untuk membebaskan Tohti dan kami menyerukan untuk menghormati hak-hak minoritas di China," ujar Presiden Parlemen Eropa David Sassoli.
Saat menerima penghargaan milik ayahnya, Jewher mendesak politisi, akademisi, dan mahasiswa untuk memprotes perlakuan China terhadap etnis Uighur. Saat Parlemen Eropa mengumumkan penghargaan untuk Tohti pada Oktober lalu, Pemerintah China mencelanya.
Beijing menyebut bahwa Tohti adalah seorang penjahat dan telah dihukum sesuai dengan aturan hukum di negara tersebut. China pun mendesak semua pihak menghormati urusan dalam negeri dan kedaulatan peradilannya.
Xinjiang adalah wilayah yang saat ini sedang menjadi sorotan dunia. Pemerintah China dituding membangun kamp-kamp interniran dan menahan lebih dari 1 juta Muslim Uighur di sana. China telah secara konsisten membantah tuduhan tersebut.
Ia mengatakan bahwa Xinjiang berada di bawah ancaman milisi dan separatis Islam. China membantah adanya penganiyaan atau kamp interniran di Xinjiang. Beijing mengklaim kamp-kamp di wilayah tersebut merupakan pusat pendidikan vokasi.
Dengan pusat-pusat pendidikan itu, China berharap dapat mengakhiri ekstrmisme dan kekerasan di Xinjiang. Beijing pun selalu menyatakan bahwa kebijakan ketat mereka di Xinjiang telah membuahkan hasil positif. Satu di antaranya adalah tak adanya serangan teror selama tiga tahun terakhir.