Kamis 19 Dec 2019 21:29 WIB

Mahathir Mohamad: Negara Muslim Harus Bangun Pasar Sendiri

Populasi Muslim dunia dinilai merupakan pasar yang potensial

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan populasi Muslim dunia dinilai merupakan pasar yang potensial.
Foto: AP Photo/Lai Seng Sin
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan populasi Muslim dunia dinilai merupakan pasar yang potensial.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan negara-negara Muslim harus membangun pasar mereka sendiri. Populasi Muslim dunia dinilai merupakan pasar yang potensial.

"Ada 1,7 miliar Muslim. Jelas ini adalah pasar besar jika kita memutuskan untuk mengambil kebutuhan kita dari Muslim dan negara-negara Muslim. Lalu kita memperkaya diri kita sendiri," kata Mahathir di sebuah forum di Kuala Lumpur (KL) Summit pada Kamis (19/12) dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Namun Mahathir tak menampik bahwa saat ini negara-negara Muslim tak memiliki cukup produk sendiri. Sebagian besar kebutuhan masih harus diperoleh dari negara lain.

"Uang kita mengalir keluar. Ketika uang mengalir keluar, kita menjadi miskin. Tapi jika kita sumber, hal-hal yang kita butuhkan dari negara-negara Muslim, maka jelas kekayaan kita akan tetap berada dalam komunitas Muslim, dan kita menjadi lebih kaya," ujarnya.

Itulah sebabnya di antara masalah-masalah yang harus diselesaikan umat Islam adalah membangun pasar sendiri dan menghasilkan barang atau produk untuk kebutuhan satu sama lain. "Tapi penting kita belajar bagaimana menghasilkan barang-barang kita sendiri," kata Mahathir.

Dia pun menekankan tentang pentingnya negara-negara Muslim untuk melakukan inovasi guna mencapai kemajuan teknologi. Jika hal itu tak dimulai, negara-negara Muslim akan selamanya mengejar ketertinggalan dari negara maju. "Kita tidak punya pilihan selain mulai mengerjakan hal ini," ucapnya.

KL Summit dihadiri ratusan pejabat pemerintah, pengusaha, perwakilan masyarakat sipil, dan pakar dari berbagai sektor di dunia Muslim. Sejumlah pemimpin seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Iran Hassan Rouhani turut berpartisipasi dalam konferensi yang diselenggarakan selama tiga hari tersebut.

Setidaknya ada beberapa isu yang hendak dibahas dalam KL Summit. Isu yang dibahas antara lain krisis Rohingya, dugaan penahanan Muslim Uighur di Xinjiang, perang Yaman, ketimpangan gender, kesenjangan ekonomi, dan Islamofobia.

Mahathir mengungkapkan perhelatan KL Summit memang bertujuan untuk membahas, mendiskusikan, dan mencari solusi atas berbagai masalah serta persoalan yang sedang dihadapi negara-negara Muslim. Namun dia membantah bahwa konferensi itu memiliki maksud untuk menyaingi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement