REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pihak berwenang Australia mempersiapkan gelombang evakuasi lanjutan menyusul naiknya suhu di negara tersebut. Kenaikan suhu ini berpotensi menimbulkan titik api yang semakin besar dan luas.
"Kami akan melihat beberapa bahaya kebakaran besar yang meluas. Kami meminta orang-orang untuk siap," kata Komisaris Layanan Pemadam Pedesaan New South Wales (NSW) Shane Fitzsimmons kepada Sky News.
Sebelumnya hujan deras mengguyur sejumlah wilayah di Australia dan membuat suhu sedikit turun. Petugas pemadam kebakaran memanfaatkan momen tersebut untuk memperkuat jalur penahanan di sekitar wilayah yang terbakar. Militer melanjutkan distribusi pasokan bagi warga yang terkena dampak kebakaran.
Kebakaran hutan yang melanda Australia telah menghanguskan lebih dari 10,3 juta hektare lahan. Selain itu, kebakaran juga menelan 24 korban tewas dalam beberapa pekan terakhir.
Ahli ekologi di Unversity of Sydney pada Rabu (8/1) meningkatkan estimasi jumlah hewan yang tewas maupun terluka dalam kebakaran tersebut menjadi satu miliar. Organisasi Meteorologi Dunia mengonfirmasi bahwa asap dari kobaran api telah mencapai Amerika Selatan.
Tiga kota besar di tenggara Australia yakni Sydney, Melbourne, dan ibu kota Canberra diselimuti asap tebal. Hal ini menjadikan ketiganya menjadi kota paling tercemar di dunia. Di daerah perdesaan, aliran listrik dan jaringan telekomunikasi diputus. Banyak penduduk di perdesaan Australia kehabisan suplai air minum.
Krisis kebakaran hutan terjadi setelah kekeringan selama tiga tahun. Para ahli mengaitkan krisis ini dengan perubahan iklim. Kekeringan menyebabkan sebagian besar semak belukar di Australia menjadi kering dan mudah terbakar.