REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Badan pangan PBB World Food Programme (WFP) mencatat jumlah orang kelaparan di Selatan Afrika sudah melampaui rekor. Ada sekitar 45 juta orang kelaparan di seluruh kawasan tersebut.
Southern African Development Community yang beranggota 16 negara di selatan Afrika menghadapi peningkatan jumlah orang kelaparan. Sebagian besar disebabkan oleh kekeringan, banjir bandang dan kekacauan ekonomi.
Selatan Afrika mengalami kekeringan parah yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Pemanasan global menghantam negara-negara miskin yang sudah kesulitan untuk mengatasi dampak bencana alam seperti Badai Idai yang menghancurkan Mozambique, Zimbabwe dan Malawi pada 2019.
"Krisis kelaparan ini berada dalam skala yang tidak pernah kami lihat sebelumnya dan bukti menunjukkan saat ini semakin parah," kata Direktur Regional Selatan Afrika WFP Lola Castro dalam pernyataannya, Kamis (16/1).
Zimbabwe yang pernah menjadi lumbung roti di selatan Afrika mengalami krisis ekonomi terparah selama satu dekade terakhir. Kehancuran ekonomi ditandai oleh melonjaknya inflasi, kelangkaan makanan, bahan bakar, obat-obatan dan listrik.
"Badai musiman telah dimulai dan kami tidak tahu apakah mampu mengatasi kembali kehancuran yang disebabkan badai tak biasa tahun lalu," katanya.
WFP berencana memberikan bantuan 'musim paceklik' untuk 8,3 juta orang yang mengalami 'krisis' atau 'darurat' kelaparan di delapan negara. Antara lain Zimbabwe, Zambia, Mozambique, Madagaskar, Namibia, Lesotho, Eswatini, dan Malawi.
Hingga saat ini WFP berhasil mengamankan 205 juta dolar AS dari 489 dolar AS yang dibutuhkan untuk memberikan bantuan tersebut. Castro mengatakan mereka terpaksa banyak menggunakan pinjaman internal untuk memastikan makanan itu sampai kepada mereka yang membutuhkan.
Pada Desember PBB mengatakan mereka memperoleh bantuan makanan untuk 4,1 juta rakyat Zimbabwe, seperempat populasi negara itu. Kelangkaan makanan diperparah oleh inflasi dan kekeringan yang disebabkan pemanasan global.
"Zimbabwe berada dalam pergolakan kelaparan darurat terburuk dalam satu dekade, setengah populasi yakni sekitar 7,7 juta penduduk mengalami ketidakamanan pangan," kata WFP.
Sekitar 20 persen populasi Zambia dan Lesotho yang dilanda kekeringan menghadapi krisis pangan. Hal yang juga terjadi pada 10 persen populasi Nambia.
Castro mengatakan jika WFP tidak menerima dana yang dibutuhkan. Maka tidak ada pilihan lain selain mengurangi bantuan yang sangat dibutuhkan mereka yang kekurangan.