REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Yeyen Rostiyani
Ahmed Ibrahim menghalau belalang gurun yang menyerbu ladangnya di Jigjiga, Etiopia. Ladang khat miliknya itu menjadi sumber pemasukan keluarganya agar bertahan hidup.
"Saya tidak punya apa-apa lagi untuk dijual di pasar. Bagaimana saya menghidupan delapan anak saya?" katanya dengan putus asa saat diwawancara 17 Januari lalu. Suaranya meninggi untuk mengimbangi dengungan belalang. Sementara itu, anak-anaknya mengusir hama tersebut dengan bermodalkan sehelai kain dan tongkat.
Belalang itu menyerbu ladang Ibrahim yang tak seberapa luas. Sejumlah keledai miliknya tampak gelisah, sementara kambingnya berebutan memakan rumput yang tersisa.
Namun, Ibrahim tak sendirian. Belalang gurun itu menyerbu wilayah Afrika Timur.
Serbuan hama belalang ini merupakan yang terburuk dalam 25 tahun terakhir. Keamanan pangan wilayah Afrika Timur yang memang sudah rentan kini makin terancam. Selama ini Afrika Timur bertubi-tubi menghadapi risiko cuaca buruk dan konflik.
"Serbuan hama ini mewakili ancaman besar terhadap keamanan pangan di Kenya dan di seluruh wilayah Tanduk Afrika, yang selama ini sudah didera oleh banjir dan kekeringan," kata Bukar Tijani, asisten direktur jenderal Food and Agriculture Organization (FAO). Serbuan hama ini, katanya, meluas dan tidak terduga.
Semula, serbuan belalang ini menyebar dari Etiopia dan Somalia. Belalang kemudian bermigrasi ke wilayah Kenya timur dan selatan. Menurut FAO, kini perkembangbiakan hama masih berlangsung di kedua sisi Laut Merah, sejumlah wilayah di Sudan, Eritrea, Arab Saudi, Sudan, Djibouti, dan Yaman.
Belalang itu beterbangan seakan memenuhi langit. Dari kejauhan, belalang ini seperti awan gelap yang menggantung di langit.
Belalang itu berukuran sebesar jari orang dewasa. Jutaan hewan ini terbang dan mendatangi ladang-ladang. Tak seorang pun mampu mengusir mereka. Dalam sebuah serbuan di Kenya, belalang itu dilaporkan memenuhi langit sepanjang 60 kilometer dan selebar 40 kilometer.
"Gerombolan jenis belalang gurun ini bisa terdiri atas 150 juta ekor per kilometer persegi," ujar Intergovernmental Authority on Development. "Gerombolan tersebut bermigrasi bersama angin dan bisa memenuhi udara sepanjang 100 hingga 150 kilometer per hari. Serbuan ini biasanya bisa menghancurkan ladang per hari dan menghancurkan pangan yang bisa mencukupi kebutuhan 2.500 orang."
Wabah hama belalang ini bisa menghancurkan kehidupan banyak orang. Saat terjadi pada 2003 dan 2005, penanggulangannya diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS. Dana itu dipakai untuk menangani hama di 20 negara Afrika Utara. Menurut FAO, saat itu kerugian mencapai sekitar 2,5 miliar dolar AS.
Untuk mencegah penyebaran lebih luas, pemerintah sejumlah negara kini menggunakan citra satelit, meningkatkan pasokan pestisida, dan melakukan penyemprotan antihama dari udara. Di Etiopia, lembaga mereka mengembangkan empat pesawat khusus untuk memerangi invasi belalang gurun ini.
Namun, salah satu metode di Kenya malah berbalik menjadi bumerang bagi pemerintah. Saat itu menteri pertanian mereka meminta warga menggunakan media sosial mereka untuk mengunggah foto hewan yang dicurigai sebagai belalang atau nzige dalam bahasa Swahili.
Hasilnya, seruan itu ditanggapi dengan candaan. Ada warga yang memasang foto babi hutan, kucing, dan hewan lain diiringi permintaan agar pemerintah mengidentifikasi hewan tersebut. Akhirnya, pemerintah membatalkan seruan ini. n reuters/ap