Rabu 26 Feb 2020 08:24 WIB

Wabah Belalang Menyerbu Kongo

Wabah belalang Kongo memperbesar ancaman kelaparan di Afrika.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Belalang
Belalang

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Sekelompok kecil belalang gurun telah memasuki Kongo dan memperbesar ancaman kelaparan besar di Afrika, Selasa (25/2). Kemunculan belalang menandai pertama kali serangga itu terlihat di negara Afrika Tengah sejak 1944.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan belalang dewasa, yang sebagian terbawa angin, tiba di pantai barat Danau Albert di Kongo timur dekat kota Bunia pada Jumat. Padahal negara itu belum melihat belalang selama 75 tahun.

Kenya, Somalia, dan Uganda telah berjuang melawan kawanan wabah belalang yang pernah terjadi di Afrika Timur dalam 70 tahun terakhir. PBB mengatakan kawanan belalang juga terlihat di Djibouti, Eritrea, dan Tanzania dan baru-baru ini mencapai Sudan Selatan.

Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu, Kepala Kemanusiaan PBB Mark Lowcock, dan Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia David Beasley menyebut gerombolan belalang sebagai masalah yang menimbulkan kerentanan. Kerja sama antarbadan perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

"Tidak perlu dikatakan dampak potensial dari belalang pada suatu negara yang masih bergulat dengan konflik kompleks, wabah Ebola dan campak, tingkat perpindahan yang tinggi, dan kerawanan pangan kronis akan menghancurkan," kata pejabat PBB dalam pernyataan bersama.

Kawanan belalang dapat mencapai ukuran besar dan dapat menghancurkan tanaman serta padang rumput. Para ahli telah memperingatkan bahwa wabah itu mempengaruhi jutaan orang yang sudah rentan di seluruh wilayah.

Iklim yang berubah telah berkontribusi terhadap wabah belalang karena pemanasan Samudra Hindia membuat siklon tropis yang lebih kuat menghantam wilayah-wilayah tersebut. Topan akhir tahun lalu di Somalia membawa hujan lebat yang memberi makan vegetasi segar untuk pasokan belalang berpindah dari Semenanjung Arab.

Belalang gurun memiliki siklus reproduksi tiga bulan. Kawanan dewasa bertelur di wilayah luas Ethiopia, Kenya, dan Somalia, dan rata-rata saat ini mereka sudah menetas. 

"Hanya dalam beberapa minggu, generasi hama berikutnya akan bertransisi dari tahap remaja mereka dan membawa sayap dalam hiruk-pikuk baru aktivitas kawanan perusak yang merusak," kata pernyataan bersama itu.

Pernyataan bersama itu pun menjelaskan, kondisi itu bersamaan dengan waktu ketika tanaman petani mulai tumbuh. Dengan bertambahnya populasi belalang maka bisa menghancurkan tanaman paling penting untuk pasokan pangan di Afrika Timur tahun ini.

"Tapi itu tidak harus terjadi. Jendela peluang masih terbuka. Waktu untuk bertindak adalah sekarang," ujar pernyataan tersebut. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement