Sabtu 01 Feb 2020 16:44 WIB

China Marah atas Larangan Perjalanan AS

Pemerintah China marah karena AS melarang masuk orang-orang yang baru dari China

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Pemerintah China marah karena AS melarang masuk orang-orang yang baru dari China. Ilustrasi.
Foto: chinatopix via AP
Pemerintah China marah karena AS melarang masuk orang-orang yang baru dari China. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Pemerintah China menyuarakan kemarahan atas langkah Amerika Serikat (AS) yang mengeluarkan larangan masuk kepada orang-orang yang telah berkunjung dari Negeri Tirai Bambu dalam dua pekan terakhir. Langkah ini dilakukan sebagai pencegahan agar wabah virus Corona dapat dikendalikan.

Pada Jumat (31/1), Pemerintah AS menyatakan virus Corona jenis baru yang pertama kali datang dari Wuhan, China sebagai kondisi darurat. Meski demikian, risiko penyebaran untuk warga di negara adidaya itu tetap digolongkan masih rendah.

Baca Juga

Namun untuk mencegah penyebaran virus Corona lebih lanjut, pemerintah AS akan memberlakukan aturan yang melarang warga negara asing yang datang ke negara itu, setelah sempat melakukan perjalanan ke China dalam dua pekan terakhir. Aturan ini akan mulai berlaku pada Ahad (2/2) besok.

Bagi warga Amerika yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan dan wilayah-wilayah di Provinsi Hubei akan ditempatkan dalam karantina selama 14 hari, yang merupakan masa inkubasi terpanjang virus Corona. Selain itu, mereka yang berkunjung ke daerah lainnya di daratan China akan menjalani pemeriksaan kesehatan dan selama 14 hari diminta mengisolasi diri sendiri, yang juga akan terus dipantau pihak berwenang.

Pemerintah China mengkritik langkah yang akan ditetapkan AS. Pihaknya menilai ini bertentangan dengan permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengindari larangan bepergian dan menyiratkan bahwa Beijing belum berbuat banyak hal untuk menahan penyebaran virus di luar perbatasan China.

"Sama seperti WHO merekomendasikan terhadap larangan perjalanan, AS bergegas ke arah yang berlawanan. Ini tentu saja bukan sebuah isyarat dari niat yang baik,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, dilansir The Guardian, Sabtu (1/2).

Langkah AS datang setelah kasus ketujuh terkait virus Corona diidentifkasi di negara itu. Kasus ini melibatkan seorang pria asal Kalifornia yang jatuh sakit setelah melakukan perjalanan ke China.

Robert Redfield selaku Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan pembatasan perjalanan diberlakukan setelah WHO menyatakan wabah Coronavirus sebagai darurat kesehatan global. Tujuan utama AS adalah untuk menjaga risiko penyebaran epidemi tetap rendah seperti saat ini.

Hampir 200 warga Amerika yang dievakuasi pada awal pekan ini dari Wuhan ditempatkan dalam karantina selama 14 hari. Salah satu warga bernama Matthew L McCoy yang dievakuasi mengatakan sangat berterima kasih karena karantina membuat prosedur medis kepada mereka untuk mengatasi virus Corona dapat dilakukan dengan aman.

“Kami semua benar-benar ingin di sini dan memastikan semuanya aman secara medis,” kata McCoy.

Langkah pembatasan AS kali ini juga muncul ketika salah satu maskapai penerbangan asal Australia, Qantas, menangguhkan sementara perjalanan langsung ke China. Selain itu, Jepang, sebagai penyelenggara Olimpiade 2020 juga harus merespons rumor yang beredar bahwa acara olahraga terbesar itu harus dibatalkan karena wabah di negara tetangganya tersebut.

Sebelumnya, Jepang mengumumkan pembatasan serupa, dengan melarang warga asing untuk berkunjung ke negaranya, jika sempat melakukan perjalanan ke Wuhan dan Provinsi Hubei dalam dua pekan terakhir. Aturan ini juga diberlakukan bagi orang-orang yang memperoleh visa dari China.

sumber : the Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement