Ahad 02 Feb 2020 16:56 WIB

AS Minta Kazakhstan Tekan China atas Penahanan Uighur

AS mendesak semua negara untuk bersama mengakhiri penindasan Muslim Uighur.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pagar penjagaan di kamp penahanan, yang secara resmi disebut pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur.
Foto: Reuters/Thomas Peter
Pagar penjagaan di kamp penahanan, yang secara resmi disebut pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur.

REPUBLIKA.CO.ID, NUR SULTAN -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengajak Kazakhstan untuk bersama-sama menekan Beijing atas perlakuannya dalam menekan etnis Uighur di Xinjiang. Dalam kunjungannya ke ibu kota Nur Sultan, Pompeo mengatakan, dia telah mengangkat masalah tersebut dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Kazakhstan, Mukhtar Tleuberdi.

"Kami membahas perdagangan orang dan keadaan dari satu juta Muslim Uighur dan etnis Kazakh yang ditahan oleh Partai Komunis China di Xinjiang, tepatnya di seberang perbatasan Kazakh," kata Pompeo.

Baca Juga

Pompeo mengatakan, AS mendesak semua negara untuk bersama-sama mengakhiri penindasan etnis Uighur di Xinjiang. Menurutnya, perlindungan hak asasi manusia dapat mendefinisikan jiwa suatu bangsa.

"Amerika Serikat mendesak semua negara untuk bergabung dengan kami untuk segera mengakhiri penindasan ini. Kami hanya meminta mereka untuk memberikan perlindungan dan suaka yang aman bagi mereka yang ingin melarikan diri dari China. Lindungi martabat manusia," ujar Pompeo.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia memperkirakan ada sekitar 1 juta atau 2 juta orang, yang ditahan dan dianiaya di kamp-kamp penahanan di Xinjiang. Sebagian besar dari mereka adalah etnis Muslim Uighur. Beijing menyebut, penahanan mereka sebagai bagian dari kampanye anti-terorisme.

China berulang kali membantah bahwa mereka telah melakukan penganiayaan terhadap warga Uighur. China menegaskan, kamp-kamp tersebut merupakan pusat pelatihan kejuruan.

AS dan China adalah investor utama di Kazakhstan. Kedua negara itu bergulat dalam perselisihan tentang perdagangan dan masalah lainnya. Dalam akun Twitternya, Pompeo mengatakan bahwa dirinya telah bertemu dengan keluarga dari etnis Kazakh yang ditahan di Xinjiang.

Pompeo memuji tindakan Kazakhstan yang tidak memaksa para pencari suaka untuk kembali ke China. Di sisi lain, Pompeo mengatakan, AS telah membantu melindungi Kazakhstan dari wabah virus corona yang berasal dari China daratan.

Sementara itu, Tleuberdi enggan berkomentar mengenai masalah Uighur. Pemerintah Kazakhstan sejauh ini menjauhkan diri dari kritik terhadap China atas masalah di Xinjiang. Dia mengatakan, fokus kerja sama dengan AS yakni pada kerja sama ekonomi dan keamanan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement