REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- -- Kenya harus melawan miliaran belalang yang melahap perkebunan selama beberapa pekan. Untuk melawan serangan itu, pesawat-pesawat kecil dikerahkan terbang rendah di atas daerah yang terkena dampak untuk menyemprotkan pestisida.
Penggunaan pesawat tersebut dinilai menjadi solusi terbaik untuk memutus wabah yang bisa menghilangkan pasokan makanan. Hanya saja, cara itu penuh tantangan, terutama di daerah terpencil dengan sinyal ponsel tidak ada dan kru darat tidak dapat dengan cepat mengomunikasikan koordinat ke tim penerbangan.
"Jika tidak ada jaringan, maka orang yang menggunakan boda boda (sepeda motor), dia harus bergegas sekarang dan pergi dan mendapatkan jaringan," kata pilot dan direktur di Farmland Aviation Marcus Dunn.
Saat ini hanya lima pesawat yang diturunkan untuk melawan wabah belalang di wilayah Kenya dan otoritas lainnya berusaha menghentikan penyebaran belalang ke negara tetangga, Uganda dan Sudan Selatan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan 76 juta dolar AS dibutuhkan untuk memperluas upaya semacam itu di Afrika Timur.
Hanya beberapa jam setelah penyemprotan, belalang yang biasanya berpindah-pindah itu mengantuk, lambat, dan sekarat. Respons yang cepat sangat penting. Para ahli memperingatkan bahwa jika dibiarkan, jumlah belalang dapat tumbuh 500 kali lebih banyak pada bulan Juni, ketika cuaca lebih kering terjadi.
Belalang menyapu Kenya dari Somalia dan Ethiopia setelah hujan lebat yang luar biasa dalam beberapa bulan terakhir. Binatang itu menghancurkan tanaman di beberapa daerah dan mengancam jutaan orang yang rentan dalam krisis kelaparan.
Kementerian pertanian Somalia menyebut wabah itu sebagai darurat nasional dan ancaman besar bagi ketahanan pangan yang rapuh di negara itu, Ahad (2/2). Kawanan belalang yang berjumlah sangat besar mengonsumsi sejumlah besar tanaman.
Belalang juga telah mempengaruhi bagian dari Sudan, Djibouti dan Eritrea. Kementerian pertanian mengatakan baik militer dan masyarakat umum telah dikerahkan untuk melawan belalang. Menteri pertanian Kenya telah mengakui bahwa pihak berwenang tidak siap untuk lingkup serangan tahun ini, meskipun sudah beberapa kali terjadi.