REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pemerintahan baru Sri Lanka menolak menyanyikan lagu kebangsaan dalam bahasa Tamil yang merupakan bahasa nasional kedua negara itu. Peristiwa itu terjadi selama perayaan Hari Kemerdekaan pada Selasa (4/2).
Padahal, pemerintah sebelumnya menyanyikan lagu kebangsaan dengan menggunakan dua bahasa. Hal ini upaya negara untuk mempromosikan kerukunan etnis setelah perang saudara yang berlangsung selama beberapa dekade.
Tapi Presiden Gotabaya Rajapaksa yang terpilih tahun lalu menunjukan perbedaan pandangan. Dia yang sebagian besar dengan suara mayoritas Sinhala Budha mendapatkan penentangan dari warga minoritas Tamil.
Keputusan tersebut menjadi tidak aneh ketika menarik sejarah dari Rajapaksa. Dia adalah seorang pejabat pertahanan utama dalam perang saudara dan memainkan peran utama dalam mengalahkan pemberontak Tamil Tigers. Banyak warga sipil etnis Tamil terbunuh atau hilang dalam perang.
Keputusan tidak menyanyikan lagu nasional dalam bahasa Tamil dalam upacara kemerdekaan nyatanya tidak konsisten dengan pidato yang disampaikan Rajapaksa. Dia mengatakan presiden dari semua komunitas dan bukan pemimpin politik yang hanya peduli pada komunitas tertentu.
"Sebagai Presiden hari ini, saya mewakili seluruh negara Sri Lanka terlepas dari etnis, agama, afiliasi partai, atau perbedaan lainnya," kata Rajapaksa.
Pendukung Rajapaksa menentang menyanyikan lagu kebangsaan dalam bahasa Tamil selama pemerintahan sebelumnya. Politisi Tamil telah meminta Rajapaksa untuk melanjutkan praktik menyanyikan terjemahan Tamil dari lagu kebangsaan. Hal ini sesuai diakui oleh konstitusi untuk memberi komunitas Tamil rasa memiliki di negara itu setelah berpisah selama beberapa dekade.
Sedangkan di lokasi yang terpisah, sekelompok aktivis sipil baik dari komunitas Sinhala dan Tamil menyanyikan kedua versi lagu itu. Mereka bersama-sama menunjukan bentuk dukungan terhadap orang-orang Tamil.