Selasa 11 Feb 2020 09:00 WIB

Anggota Senat AS Minta Peretas China Dihukum Berat

Peretas militer China membobol data Equifax yang berdampak pada 140 juta warga AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Peretas. Ilustrasi
Foto: Google
Peretas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Komite Intelijen Senat Amerika Serikat (AS) Ben Sesse meminta hukuman berat bagi peretas China. Jaksa Agung William Barr mendakwa peretas militer China yang membobol data Equifax.

"Partai Komunis China tidak akan meninggalkan upaya mereka untuk mencuri dan mengeksploitasi data orang Amerika," kata Sasse, Selasa (11/2).

Baca Juga

Peretasan itu berdampak pada sekitar 140 juta warga AS. Karena data yang diretas begitu banyak dan melibatkan informasi keuangan yang sensitif, maka dampaknya bagi Equifax dan industri kredit konsumen sangat besar.

"Dakwaan ini berita bagus, tapi kami harus melakukan lebih banyak untuk melindungi data masyarakat Amerika dari pengaruh operasi Partai Komunis China," kata Sasse.

Equifax sepakat membayar 700 juta dolar AS lebih untuk menyelesaikan klaim-klaim pelanggaran hukum dan membayar konsumen yang rugi karena pembobolan data ini. Skandal itu membuat perusahaan terguncang.

CEO mereka Richard Smith pun mengundurkan diri. Para pemimpin-pemimpin perusahaan tersebut juga harus menghadiri berbagai rapat dengan anggota parlemen yang menilai mereka lambat dalam mengungkapkan peretasan itu dan menegakkan praktik keamanan data.  

Para anggota parlemen dan organisasi advokasi konsumen bertanya-tanya bagaimana perusahaan swasta dapat memiliki data pribadi yang begitu besar. Hal itu memicu konsumen untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan informasi pribadi mereka.

Baik Senat komite perbankan dan komite layanan finansial House of Representative mempertimbangan undang-undang baru, hukum yang dapat mewajibkan perusahaan untuk melindungi data konsumen mereka lebih baik lagi. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement