Sebanyak 100 orang sukarelawan turun tangan dalam proyek "pesan antar" bagi warga China di Adelaide, Australia yang masih dalam proses karantina virus corona selama 14 hari.
- Kelompok sukarelawan belanjakan barang untuk warga dikarantina
- Sukarelawan dan pemesan tidak boleh interaksi langsung
- Warga yang baru datang dari China harus dikarantina 14 hari
Warga yang tidak boleh meninggalkan rumah ini merasa sangat terbantu dengan adanya layanan yang dikoordinasi dalam grup di platform komunikasi yarakat China, WeChat tersebut.
Salah satu pengguna layanan sukarela ini adalah Terry Zhang, yang mengunjungi Beijing untuk menghadiri Festival Musim Semi bersama keluarganya.
Waktu kembali ke Adelaide, ia dan keluarganya harus langsung karantina di rumah.
"Kami tiba di rumah malam sekali, dan tidak ada makanan di kulkas. Saya mencoba memesan ke (supermarket) Coles, tapi mereka hanya bisa mengantar besoknya." kata Terry.
Ia merasa beruntung ada tiga orang dalam grup sukarelawan di WeChat segera menawarkan bantuan.
"Saya sangat terharu dan tidak pernah menyangka kalau orang-orang bisa sebaik ini."
"Padahal kami tidak kenal satu sama lain. Salah satu dari yang mengantar bahkan memberikan kami pangsit buatan rumah."
Ulurkan tangan
Reaksi positif ditunjukkan warga yang bersedia menjadi sukarelawan dalam kelompok "Sukarelawan Masyarakat Karantina China di Adelaide" itu.
Kelompok tersebut didirikan pada awal Februari menanggapi perintah dari Pemerintah Australia bahwa warga yang baru terbang dari China harus menetap di rumah selama 14 hari.
Salah satu sukarelawan yang diwawancara ABC adalah Hannie Leong, pemilik salah satu bisnis di Adelaide.
Ia sadar bahwa sebelum meninggalkan Adelaide, warga yang pergi ke China pasti sudah mengosongkan kulkas mereka.
"Mereka pasti butuh bantuan berbelanja." katanya.
Ia juga menjelaskan bagaimana sehingga sukarelawan dapat mengantar pesanan secara efektif.
"Kami membentuk tim dan membagi tugas berdasarkan daerah [pengantaran]. Dari sana, kelihatan siapa yang sempat mengantar ke mana dan kapan."
Para pengantar belanjaan akan meletakkan barang pemesan di depan pintu rumah mereka.
Dan untuk menghindari interaksi langsung antara keduanya, pembayaran dilakukan secara online.
Korbankan waktu dan bensin
Anna Cheung yang adalah ketua Asosiasi Tong De di Australia Selatan memunculkan ide sukarelawan ini karena kasihan melihat warga yang dikarantina.
"Banyak orang sebenarnya sudah menghubungi saya dan mengatakan mereka tidak ada makanan di kulkas dan bertanya-tanya bagaimana keluarga mereka bisa makan."
Hal tersebut mendorong mereka untuk membentuk kelompok berbasis sukarela.
Dalam waktu 24 jam, respon yang mereka terima sangatlah positif — 300 orang langsung tertarik untuk menjadi sukarelawan.
Hingga kini, sudah ada 500 orang yang terlibat.
Minat besar warga untuk membantu dalam kelompok tersebut memunculkan kebanggaan dalam diri Anna.
"Kelompok ini sangat, sangatlah kompak, inilah mengapa saya merasa tersentuh oleh sukarelawan ini."
"Kebanyakan dari mereka berbelanja sebanyak lima sampai enam kali, mengorbankan waktu, bensin, dan kadang malah membuatkan pangsit untuk orang yang dikarantina karena merasa iba."
Padahal Anna mengatakan bahwa ia tidak menyebarkan berita tentang kelompok sukarelawan ini dimana-mana.
"Berita menyebar dengan cepat, padahal kami tidak mengiklankan dimana-mana."
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini