REPUBLIKA.CO.ID, KOTA VATIKAN -- Para menteri luar negeri Vatikan dan China melakukan pertemuan pada Jumat (14/2). Pertemuan tersebut merupakan pembicaraan pada tingkat pejabat tertinggi antara kedua pihak dalam beberapa dasawarsa.
Pertemuan antara Uskup Agung Paul Gallagher dan Menlu Wang Yi, yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan terjadi, berlangsung di sela-sela Konferensi Keamanan Munich. Kedua menteri itu membahas kesepakatan bersejarah 2018 antara Roma dan Beijing, yang memberi Vatikan wewenang untuk menetapkan para uskup, masalah yang telah lama diperdebatkan, menurut pernyataan Vatikan.
Pernyataan itu menyebutkan bahwa kedua belah pihak sepakat melanjutkan "pembicaraan institusional, bilateral" yang bertujuan memberi manfaat bagi Gereja Katolik maupun masyarakat China. Hubungan antara Vatikan dan Beijing telah meningkat sejak kesepakatan 2018.
Umat Katolik konservatif keberatan dengan kesepakatan itu dan menuduh Vatikan berkhianat demi pemerintah komunis tersebut. Umat Katolik di China muncul dari lebih dari setengah abad perpecahan. Mereka terpecah antara gereja "resmi ", yang didukung negara, dan gereja bawah tanah "tak resmi", yang tetap setia kepada Roma.
Kedua pihak sekarang mengakui Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Sosok yang paling blak-blakan mengecam kesepakatan itu adalah Kardinal Joseph Zen, mantan uskup agung Hong Kong.
Vatikan mengatakan tidak akan ada kesepakatan yang berisiko menyebabkan perpecahan. Pertemuan pada Jumat itu merupakan perkembangan terbaru dalam serangkaian tanda peningkatan hubungan kedua negara dalam beberapa pekan terakhir.
Bulan lalu, Paus memuji apa yang ia sebut sebagai "komitmen hebat" China untuk mengatasi wabah virus Covid-19. Badan amal Vatikan kemudian mengirim ratusan ribu masker medis ke China sebagai isyarat niat baik.
Banyak pihak melihat kesepakatan 2018 tentang penetapan para uskup itu sebagai pendahuluan untuk membangun kembali hubungan diplomatik antara Vatikan dan Beijing setelah memburuk selama lebih dari 70 tahun. Jika mereka melanjutkan hubungan secara penuh, Vatikan harus memutuskan hubungan penuh dengan Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai provinsinya yang membangkang. Vatikan adalah satu-satunya negara di Eropa yang masih mengakui Taipei.