Ahad 01 Mar 2020 16:19 WIB

Ashraf Ghani Tolak Permintaan Bebaskan Tahanan Taliban

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak permintaan pembebasan lima ribu tahanan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak permintaan pembebasan lima ribu tahanan. Ilustrasi.
Foto: timesofman
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak permintaan pembebasan lima ribu tahanan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak permintaan Taliban untuk membebaskan lima ribu tahanan. Permintaan ini sebagai syarat untuk menggelar perundingan antara pemerintah dan Taliban yang menjadi bagian dalam kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban.

"Pemerintah Afghanistan tidak membuat komitmen untuk membebaskan lima ribu tahanan Taliban," kata Ghani di Kabul, Ahad (1/3).

Baca Juga

Pernyataan Ghani itu disampaikan satu hari setelah kesepakatan perundingan AS-Taliban ditandatangani di Qatar. Dengan penandatanganan ini, upaya politik untuk mengakhiri perang terlama AS dimulai.

Para diplomat Barat menilai pernyataan Ghani akan mempersulit negosiator AS untuk mendorong pemerintah Afghanistan dan Taliban menggelar negosiasi internal. Perjanjian AS-Taliban menyebutkan kedua belah pihak berkomitmen untuk bekerja sama dalam membebaskan tahanan perang dan politik.

Hal ini dilakukan untuk membangun sikap saling percaya, yang dikoordinasikan dan disetujui oleh semua pihak terkait. Perjanjian itu menyebutkan pada 5 Maret mendatang lima ribu tahanan Taliban akan dibebaskan untuk ditukar dengan lebih dari 1.000 anggota pemerintah Afghanistan yang ditahan.

"Bukan wewenang Amerika Serikat untuk memutuskan (pertukaran tahanan), mereka hanya negosiator," kata Ghani.

Perjanjian AS-Taliban tersebut ditandatangani oleh Utusan Khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad dan kepala politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar. Penandatanganan disaksikan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Usai acara penandatanganan berakhir, Baradar bertemu dengan Menteri Luar Negeri dari Norwegia, Turki, dan Uzbekistan di Doha. Taliban mengatakan Baradar juga bertemu dengan diplomat-diplomat dari Rusia dan Indonesia.

Kepala politik Taliban itu juga bertemu dengan diplomat-diplomat negara tetangga. Taliban mengatakan pertemuan tersebut dilakukan untuk mengamankan legitimasi internasional.

"Perwakilan yang bertemu Mullah Baradar mengungkapkan komitmen mereka terhadap pembangunan dan dan rekonstruksi Afghanistan, kesepakatan AS-Taliban bersejarah," kata juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid.

Presiden AS Donald Trump membantah kritik seputar perjanjian tersebut. Ia mengatakan akan bertemu dengan pemimpin-pemimpin Taliban dalam waktu dekat. Pembantu Ghani mengatakan keputusan Trump bertemu dengan Taliban dapat mengancam pemerintah Afghanistan saat AS menarik pasukannya dari negara itu.  

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement