REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Yunani telah mengusir hampir 35 ribu migran Suriah yang berusaha memasuki wilayahnya secara ilegal. Gelombang migrasi mulai terjadi sejak Turki membuka perbatasannya pekan lalu.
Dalam 24 jam terakhir, terhitung sejak Rabu hingga Kamis (5/3), pasukan penjaga perbatasan Yunani telah menolak hampir 7.000 migran. Jika ditotal sejak 29 Februari, jumlah migran yang telah diusir Yunani mencapai 34.778 orang. Kemudian mereka yang berhasil ditangkap setelah melintas adalah 244 orang.
Menteri Migrasi Yunani Notis Mitarachi mengatakan para migran ilegal yang tiba di negaranya setelah 1 Maret akan dipindahkan ke kota Serres. Dari sana mereka dideportasi kembali ke negara asal. "Tujuan kami adalah mengembalikan mereka ke negara mereka," kata Mitrachi kepada Athena News Agency pada Rabu (4/3) malam.
Sementara para migran yang memasuki pulau-pulau di perairan Yunani sebelum 1 Januari 2019 akan direlokasi ke daratan. Pada Ahad (1/3) lalu, Yunani mengumumkan tidak akan menerima permohonan suaka baru selama sebulan. Hal itu disebabkan menumpuknya migran di wilayah perbatasannya.
Pada Kamis pagi, situasi di persimpangan perbatasan Kastanies tampak tenang. Sehari sebelumnya, pasukan antihuru-hara Turki dan Yunani menggunakan gas air mata saat menangani para migran. Saat ini mereka berkerumun di tenda-tenda dan kamp sementara di sisi perbatasan Turki.
Turki dan Yunani pun terlibat aksi saling tuding terkait krisis migran yang terjadi di perbatasan perairan mereka. Turki menuding Yunani menembak mati seorang migran dan melukai lima lainnya. Tuduhan itu dibantah oleh Yunani.
Sementara, Yunani menuding Turki membantu para migran untuk menyeberang ke wilayahnya secara ilegal.Para migran Suriah mulai berduyun-duyun memasuki Yunani sejak Turki membuka perbatasannya.
Langkah Ankara dinilai mengingkari komitmen yang dibuatnya bersama Uni Eropa pada 2016. Dalam kesepakatan tersebut, Turki bersedia menampung pengungsi Suriah yang ingin menyeberang ke Eropa. Sebagai imbalannya, Uni Eropa memberikan dana bantuan enam miliar euro dan perjalanan bebas visa ke Benua Biru bagi warga Turki.
Namun, Turki menganggap dana bantuan yang diberikan Uni Eropa tidak memadai dan tak cukup membiayai kebutuhan para pengungsi. Sejauh ini Turki telah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah. Jumlah itu diprediksi akan bertambah karena pertempuran di Provinsi Idlib masih berlangsung.
Yunani dan Uni Eropa telah menuding Turki sengaja membuka perbatasannya dan membiarkan para pengungsi menyeberang ke Eropa. Tindakan itu dinilai merupakan taktik untuk menekan Uni Eropa agar mengucurkan lebih banyak dana atau mendukung tujuan geopolitik Turki dalam konflik Suriah.