REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Para pelancong asal Amerika Serikat (AS) yang berada di Spanyol bergegas menumpang penerbangan terakhir di Bandara Barajas, Madrid, untuk kembali ke AS. Mereka bergegas sebelum penangguhan selama 30 hari diberlakukan pada Jumat (13/3) tengah malam (13/3) untuk membatasi penyebaran virus corona.
"Kebijakan itu menyebabkan kepanikan massal," kata Anna Grace (20), pelajar Suffolk University, AS.
Ia saat ini sedang dalam perjalanan pertamanya ke Eropa dan segera mengubah tiketnya untuk terbang pulang-pergi ke Prancis. Empat teman yang bepergian dengannya tidak cukup beruntung karena tidak bisa memesan ulang tiket penerbangan mereka.
"Semua teman dan keluarga memberitahu bahwa kami harus kembali ke AS. Kami telah berada di bandara sejak pukul lima pagi," kata Grace.
Di sisi lain, Christina Elvira, seorang pensiunan yang bepergian ke Miami, merasa lega untuk meninggalkan Spanyol. Hal ini karena kasus corona telah meningkat selama beberapa hari terakhir, dan menjadikannya negara yang paling parah terdampak di Eropa setelah Italia dan Prancis.
"Kami beruntung bisa meninggalkan Eropa," kata Elvira saat mendaftarkan diri untuk penerbangannya.
Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan pembatasan besar-besaran perjalanan dari Eropa pada Rabu (11/3). Kebijakan itu telah mengganggu rencana perjalanan puluhan ribu orang, menghantam maskapai yang sudah terpukul karena virus dan meningkatkan ketegangan hubungan dengan Uni Eropa (EU).
Trump menyatakan dirinya harus bertindak karena EU telah gagal mengambil tindakan yang memadai untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Larangan perjalanannya tidak akan berlaku untuk warga Inggris atau Amerika yang menjalani pemindaian yang sesuai. Sementara, ada sekitar 20 penerbangan dari Spanyol ke AS pada Kamis (12/3).