REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Dharam Singh Rajput tidak mampu membeli pembersih tangan yang dapat membantu menangkal transmisi virus corona di komunitasnya. Bahkan, untuk air bersih pun dia dan keluarga sulit mendapatkannya.
"Jenis air yang kita miliki memiliki potensi untuk menyebabkan lebih banyak penyakit daripada menangkal virus jika kita menggunakannya untuk mencuci tangan," kata Rajput. Ia tinggal di lingkungan sebelah kanal terbuka dan gundukan sampah di jantung kota New Delhi, ibu kota India.
Para ahli mengatakan menjaga tangan tetap bersih adalah salah satu cara termudah dan terbaik untuk mencegah penularan virus corona, selain membuat jarak antar individu. Namun bagi para tunawisma dan kelas bawah di India yang tinggal di ribuan permukiman kumuh di kota-kota besar dan kecil, menjaga kebersihan dengan baik hampir mustahil.
Sekitar 160 juta dari 1,3 miliar orang di India tidak memiliki akses ke air bersih. Kondisi ini membuat orang-orang India kelas bawah seperti Rajput dan keluarganya sangat berisiko selama periode penyebaran virus corona.
"Ini bisa menjadi bencana bagi orang-orang yang tidak memiliki akses ke air bersih," kata Direktur Program Air Perkotaan World Resource Institute di India, Samrat Basak.
India menjadi negara terpadat kedua di dunia tetapi fasilitas perawatan kesehatannya sangat lemah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa mungkin ada penyebaran virus yang tidak terdeteksi oleh masyarakat, termasuk risiko dari kekurangan air bersih.
UNICEF mengatakan pekan lalu bahwa hampir 20 persen warga kota India tidak memiliki fasilitas air dan sabun di rumah. Masalah itu diperburuk dengan jarak sosial yang hampir tidak mungkin terjadi di antara daerah berpenduduk paling padat di dunia.
Pemerintah India telah membuat seruan kepada publik untuk mempraktikkan jarak sosial dan kebersihan tangan yang baik. "Air bersih adalah garis pertahanan pertama. Jika tidak ada akses ke air bersih, situasinya bisa memburuk," kata Kepala eksekutif India di WaterAid, sebuah kelompok advokasi global untuk air dan sanitasi, V.K. Madhavan.
Tapi sebenarnya masalah air bersih di India bukan hal baru. Ratusan ribu orang mengantre setiap hari untuk mengisi ember dari truk air pemerintah. Orang-orang dipaksa untuk mencuci peralatan dan pakaian dengan air kotor. Bahkan, rumah sakit dan sekolah berjuang dengan persediaan air bersih.
Menurut lembaga pemerintah NITI Aayog, sekitar 600 juta orang India menghadapi kekurangan air yang akut. Krisis air paling menghantam orang miskin karena orang kaya dapat membayar air dari sumber-sumber swasta dan itu tidak bisa dilakukan oleh kelompok kelas bawah.
Tingkat kematian karena air yang tidak memadai atau tidak aman juga tinggi. Sekitar 200 ribu orang meninggal setiap tahun di India karena penyakit yang berkaitan dengan air yang tidak bersih. Pasokan yang tidak mencukupi juga menyebabkan kerawanan pangan.
"Ketika air minum bersih habis, orang tidak akan punya pilihan selain mengandalkan air yang tidak aman," kata peneliti kesehatan global Dr. Anant Bhan.
Janji pemerintah untuk menyediakan air bersih bagi seluruh warga India sejauh ini gagal. Meskipun ada upaya dari Perdana Menteri Narendra Modi yang telah dipuji secara internasional.
"Akses ke air bersih adalah hak asasi manusia yang mendasar. Tidak seorang pun harus takut kehilangan nyawa mereka karena mereka tidak bisa berlatih garis pertahanan pertama, yaitu mencuci tangan," kata Madhavan.