REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Netflix Inc mengatakan akan memotong lalu lintas jaringannya hingga 25 persen di seluruh Eropa. Pemotongan dilakukan sebagai kelonggaran bagi penyedia layanan internet (ISP) yang mengalami lonjakan penggunaan internet saat semua orang tinggal di rumah karena virus corona.
Raksasa streaming itu telah mengurangi lalu lintas pada jaringan di Italia dan Spanyol sebesar seperempat. Sabtu, Netlfix melakukan hal yang sama untuk seluruh Eropa dalam dua hari ke depan.
Netflix mengatakan akan mengurangi kualitas video dalam setiap kategori untuk 30 hari ke depan di Eropa. Di kawasan itu, para pengguna kemungkinan akan menyadari ada sedikit penurunan kualitas video pada setiap kategori.
"Tujuan kami sederhana yaitu untuk menjaga kualitas layanan bagi anggota kami, sambil mendukung penyedia layanan internet yang menghadapi lonjakan penggunaan internet yang belum pernah terjadi sebelumnya di jaringan mereka," kata perusahaan itu.
Netflix mengatakan akan terus mematuhi prosedur normal untuk semua jaringan lain. Kecuali mereka mengalami masalah sendiri.
Sementara mitra Netflix di wilayah seperti Amerika Latin ingin mengurangi bandwith sesegera mungkin, mitra-mitra lainnya ingin melanjutkan layanan seperti biasa.
Netflix memiliki lebih dari 42 juta pelanggan di Eropa, Afrika dan Timur Tengah pada akhir kuartal pertama tahun 2019. Sebagian besar pelanggan itu diperkirakan berada di Eropa.
YouTube dan Amazon.com bergabung dengan Netflix menanggapi permintaan kepala industri Uni Eropa Thierry Breton untuk memotong kualitas gambar demi mencegah kemacetan jaringan internet. Layanan streaming Walt Disney Co, Disney +, yang akan diluncurkan di Inggris dan sebagian besar pasar Eropa pada 24 Maret, telah menunda peluncurannya di Prancis selama dua minggu atas permintaan pemerintah Prancis.
Industri telekomunikasi dalam beberapa hari terakhir melaporkan lonjakan lalu lintas data ketika ribuan orang terpaksa tinggal di rumah dalam upaya mengekang penyebaran virus corona yang sangat menular.
Hingga kini, virus itu telah menjangkitilebih dari 274.800 orang dan membuat 11.389 meninggal di seluruh dunia, dilansir dari Reuters.