REPUBLIKA.CO.ID, BRUSELS -- Lebih dari 250 ribu warga dari berbagai negara di Uni Eropa (UE) masih terdampar di luar negeri. Mereka tidak bisa pulang karena pandemi virus corona telah membuat sejumlah negara memberlakukan pembatasan penerbangan.
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Josep Borrell mengatakan, UE telah memulangkan sekitar 350 ribu warganya sejak pertengahan Maret. Namun, jumlah warga UE di luar negeri terus meningkat. Mereka meminta bantuan ke kedutaan agar dapat dipulangkan.
"Kami telah membawa pulang 350.000 orang Eropa tetapi masih ada 250.000 yang tersisa dan proses pemulangan sedang berlangsung," kata Borrell.
Awalnya, UE memprediksi warga UE yang dipulangkan sebanyak 80 ribu. Namun, pada pertengahan Maret jumlahnya meningkat menjadi 350 ribu.
"Tidak dapat dibayangkan bahwa ada begitu banyak orang Eropa yang terdampar di dunia: turis, pengunjung, pekerja jangka pendek. Kami tidak berbicara tentang penghuni permanen," kata Borrell.
Ratusan ribu warga UE yang terjebak di luar negeri di antaranya warga Prancis yang terjebak di Australia, warga Spanyol di Peru, dan warga Jerman di India serta Afrika Selatan. Pemerintah UE bergantung pada maskapai komersial untuk menjemput mereka. Namun, tidak ada maskapai komersial yang mau membawa mereka pulang.
Oleh karena itu, pemerintah UE menggunakan pesawat carteran dan pesawat militer untuk menjemput warga mereka pulang. Sementara, sejumlah lembaga UE membantu pemerintah UE menutup biaya pemulangan dengan penumpang yang terdiri lebih dari satu negara.
"Upaya kami akan terus berlanjut, tetapi setiap hari itu lebih sulit. Maskapai penerbangan menangguhkan pesawat mereka dan lintasan udara telah ditutup. Namun sedikit demi sedikit, mereka semua akan pulang," kata Borell.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan, hingga Jumat, Jerman telah memulangkan 194 ribu warganya dari India, Afrika Selatan, dan Selandia Baru. Dia mengatakan, dalam penerbangan tersebut Jerman juga membawa pulang warga negara Eropa lainnya.