REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyebarkan disinformasi dengan tidak menyebut astronot atau Rusia menyebutnya kosmonot Uni Soviet Yuri Gagarin. Dalam unggahan Facebook tentang Hari Internasional Penerbangan Luar Angkasa Manusia, AS menghilangkan nama kosmonot itu.
"Kami mengingatkan rekan-rekan kami dari Departemen Luar Negeri AS bahwa orang pertama di luar angkasa adalah seorang astronot Soviet, namanya Yuri Alekseevich Gagarin," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
Protes itu berdasarkan dari keputusan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011. PBB telah mengumumkan peringatan tahunan yang diadakan pada peringatan misi satu-orbit tunggal yang menjadikan Gagarin orang pertama di luar angkasa pada 12 April 1961.
Tapi, sebuah unggahan di halaman Departemen Luar Negeri mencatat bahwa penerbangan luar angkasa berawak pertama terjadi 59 tahun yang lalu pada Ahad (12/4). Hanya saja, lembaga itu tidak menyebutkan nama orang yang melakukannya.
"Tidak memperhatikan ini adalah informasi yang salah dan trik dasar dari era post-truth," kata kementerian Luar Negeri Rusia melalui akun media sosial Twitter dan Facebook.
Orbit solo Gargarin di Bumi yang berdurasi 108 menit adalah pencapaian besar dalam membangun ruang angkasa antara Uni Soviet dan AS. Pencapaian itu pun menjadikan Gagarin menjadi selebritas internasional.
Unggahan Rusia menunjukkan foto sosok yang telah meninggal pada 1968 di usia 34 tahun selama pelatihan dengan pesawat Soviet. Cuplikan layar peringatan Departemen Luar Negeri AS untuk Hari Internasional Penerbangan Antariksa Manusia diperlihatkan dengan perbandingan koreksi yang sudah dilakukan.
"Kosmonot Soviet Yuri Gagarin dan Valentina Tereshkova, pria pertama dan perempuan pertama di luar angkasa, mengunjungi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1963," tulis akun Twitter PBB yang menegaskan koreksi terhadap unggahan AS.
Koreksi tersebut bukan pertama kalinya bagi pemerintah Rusia kepada unggahan pemerintah AS. Dikutip dari Newsweek, pada Januari, Kedutaan Besar Rusia di Washington menuduh beberapa akun Kedutaan Besar AS dan Departemen Luar Negeri berusaha mengambil nama untuk pembebasan Auschwitz, kamp kematian Nazi Perang Dunia II di Polandia.
"Auschwitz dibebaskan oleh orang Amerika, menurut @USAmbDenmark, apa artinya @statedept @secpompeo? Kami meminta Anda untuk tidak menghapus memori pembebasan #Auschwitz - #RedArmysoldiers. Sekarang Anda pengganti tentara Soviet dengan orang Amerika? Memalukan #WWII Penulisan Ulang Sejarah," ujar Rusia dalam kicauan di Twitter pada 28 Januari.
Kejadian serupa pun pernah terjadi pada Juni tahun lalu, ketika kekuatan-kekuatan Barat bertemu untuk memperingati Hari-D atau istilah militer yang digunakan sebagai hari dimulainya penyerangan atau operasi militer. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengklaim bahwa rekan sekutu dalam Perang Dunia II sengaja mengecilkan peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi Jerman.
Rusia mengatakan pendaratan pasukan AS, Inggris, dan Kanada di Normandia Juni 1944 dibesar-besarkan ketika perang Eastern Front. Perang konflik di Eropa Tengah dan Eropa Timur memuncak dengan penangkapan Soviet atas Berlin pada 1945.
"Seperti dicatat oleh para sejarawan, pendaratan Normandia tidak memiliki dampak yang menentukan pada hasil Perang Dunia II dan Great Patriotic War," kata Zakharova merujuk pada istilah yang digunakan Rusia pada konflik Eastern Front.