REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Dalam bentangan Antartika yang membeku dan terpencil, Alejandro Valenzuela Pena terbiasa dengan kondisi terisolasi. Sekarang, dia telah mengambil makna baru dari kondisi itu karena Antartika menjadi satu-satunya benua yang masih bebas dari virus corona.
Penyebaran global penyakit ini telah membuat wilayah Antartika terkunci. Kondisi ini membuat para peneliti meringkuk di pangkalan, sedangkan kunjungan wisatawan dibatalkan.
"Kami dilatih untuk hidup dalam isolasi. Namun, sekarang dengan kondisi khusus ini yang muncul dengan sendirinya, kami terisolasi dalam isolasi," kata gubernur maritim wilayah Antartika Cile.
Berbicara melalui telepon kepada Reuters dari pangkalan militer Escudero di Bahia Fildes, di ujung barat daya Pulau King George, Valenzuela mengatakan, 100 orang awak angkatan lautnya bergulat dengan isolasi diri. "Pangkalan ditutup tepat waktu. Kapal telah berhenti tiba pada awal Maret dan penerbangan pada akhir bulan. Sejak itu kami benar-benar terisolasi, tanpa kontak," katanya.
Isolasi itu juga berarti menutup segala interaksi dan kegiatan yang memang sudah terbatas. Biasanya turnamen pingpong dan basket intra-base dilakukan untuk menghabiskan waktu di tengah suhu dingin.
"Kami mengambil langkah kami, aman karena mengetahui bahwa keluarga kami baik-baik saja dan sejauh ini hal-hal di Antartika berjalan baik," kata Valenzuela.
Peningkatan jarak sosial telah menghilangkan beberapa pertemuan ramah yang biasanya dinikmati para peneliti. Tidak ada lagi kunjungan antara rekan-rekan di pangkalan-pangkalan Rusia, China, Korea Selatan, dan Uruguay di Pulau King George. Makan malam sosial, acara olahraga, dan acara ski akhir pekan telah dibatalkan.
Bahkan, sebuah toko suvenir yang melekat pada pangkalan militer Rusia juga tutup. Padahal, tempat tersebut menjual penguin mainan dan kaus yang berhiaskan wajah Presiden Rusia Vladimir Putin, tempat wisatawan akan membeli kartu pos untuk dikirim dari pangkalan Cile terdekat.
Selain membuat penghuni terisolasi, hal tersebut membuat pariwisata Antartika yang telah tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir terhenti beberapa pekan yang lalu. Kondisi itu terjadi ketika virus corona tersebar di kapal pesiar sehingga banyak pemerintah memberlakukan pembatasan perjalanan.
Kondisi tersebut membuat suasana bertambah sepi. Hanya ada peneliti dan staf militer dikelilingi oleh ribuan kilometer gunung es dan dataran salju. Argentina, yang memiliki sekitar 170 personel ilmiah dan militer yang tersisa di Antartika, hanya boleh menerima pengunjung terbatas untuk pasokan khusus ke pangkalan-pangkalannya. Staf diberi pedoman perlindungan virus sejak 1 Februari.
"Argentina adalah salah satu negara pertama di dunia yang mengambil tindakan terhadap virus corona," kata Sekretaris Malvinas, Antartika, dan Atlantik Selatan, Daniel Filmus.
Kepala Bagian Ilmu Antartika National Science Foundation PBB, Dr Alexandra Isern, mengatakan, langkah-langkah seperti sering mencuci tangan sudah biasa di pangkalan Antartika. Namun, ruangan-ruangan sempit membuat penyakit dapat menyebar dengan cepat.
"Kami selalu memelihara protokol kebersihan dan kesehatan masyarakat yang kuat untuk memerangi penyakit di tempat-tempat yang dekat," kata Isern.
Selain membuat terisolasi dua kali lipat, virus corona berdampak pula pada penelitian yang dilakukan banyak negara di Antartika. Pandemi dapat berdampak serius terhadap kemajuan studi ilmiah.
"Ketika pandemi berkembang tidak akan ada keraguan untuk implikasi musim panas selatan berikutnya," kata Kepala Infrastruktur dan Logistik Antartika National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat, Stephanie Short.
Penerbangan NSF ke Antartika hanya beroperasi untuk membawa kembali anggota staf yang tidak diperlukan untuk musim dingin mendatang. "Kami akan terus bekerja sama dengan penasihat medis kami sebelum penyebaran pada masa depan terjadi," kata Short.