REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Wabah Covid-19 tak akan berdampak pada kemajuan pembangunan pembangkit tenaga nuklir di China dalam jangka pendek. Kemudian, reaktor-reaktor yang sudah beroperasi juga tak terpengaruh.
Direktur bagian Inspeksi Keselamatan Nuklir di Kementerian Ekologi dan Lingkungan (MEE), Tang Bo mengatakan, pembangunan 15 unit reaktor yang belum selesai sudah dilanjutkan. Sementara pembangkit-pembangkit yang sudah beroperasi tak ditangguhkan selama wabah.
China semula bermaksud mengembangkan kapasitas nuklir secara menyeluruh hingga 58 gigawatt (GW) pada akhir tahun ini. Sementara 30 GW lagi yang sedang dalam pembangunan.
"Tapi diperkirakan target itu tak tercapai akibat penundaan proyek sebelumnya dan jeda karena menunggu izin baru," ujar Tang Bo, melansir reuters, Rabu (15/4).
Pada awalnya China berharap menyetujui sedikitnya enam proyek nuklir baru tahun ini. China punya 47 pembangkit secara keseluruhan yang beroperasi pada akhir tahun lalu, dengan total kapasitas 48,75 GW.
Dalam pengarahan yang sama, Direktur bagian Keselamatan Radiasi, Jiang Guang, mengatakan, China secara aktif sedang mencari tempat baru untuk membangun pabrik pengolah limbah nuklir. Kemudian juga akan memperbesar kapasitas dari tiga fasilitas yang ada.
China mempunyai kapasitas mengolah 76,800 meter kubik limbah nuklir per tahun. Sekitar 45.000 meter kubik sedang dimanfaatkan tapi perlu membangun lebih banyak fasilitas untuk menangani reaktor baru yang mulai beroperasi.
Pihak berwenang juga telah memilih sembilan tempat potensial untuk satu program pengolahan limbah radiasi tinggi bawah tanah.