Kamis 05 Jan 2023 21:22 WIB

Warga China Diminta Periksa Kesehatan Sebelum ke Luar Negeri

Sejumlah negara mewajibkan pelaku perjalanan China menunjukkan hasil negatif tes PCR.

 Orang-orang yang memakai masker berjalan di kawasan bisnis Beijing, China, 03 Januari 2023. Para ilmuwan telah memperingatkan China bahwa negara tersebut akan menghadapi beberapa gelombang infeksi COVID-19 karena varian Omicron bermutasi untuk menyebar lebih cepat dan menghindari kekebalan. Menurut ahli virologi Shan-Lu Liu dari Ohio State University di AS, tingkat infeksi ulang akan meningkat karena perlindungan vaksin berkurang. Orang-orang dari Beijing, Shanghai, dan Wuhan telah kembali bekerja karena pembatasan telah dicabut dan ketika China berupaya memulihkan ekonominya. Warga China Diminta Periksa Kesehatan Sebelum ke Luar Negeri
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Orang-orang yang memakai masker berjalan di kawasan bisnis Beijing, China, 03 Januari 2023. Para ilmuwan telah memperingatkan China bahwa negara tersebut akan menghadapi beberapa gelombang infeksi COVID-19 karena varian Omicron bermutasi untuk menyebar lebih cepat dan menghindari kekebalan. Menurut ahli virologi Shan-Lu Liu dari Ohio State University di AS, tingkat infeksi ulang akan meningkat karena perlindungan vaksin berkurang. Orang-orang dari Beijing, Shanghai, dan Wuhan telah kembali bekerja karena pembatasan telah dicabut dan ketika China berupaya memulihkan ekonominya. Warga China Diminta Periksa Kesehatan Sebelum ke Luar Negeri

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Mao Ning mengingatkan warga China untuk memeriksa kondisi kesehatan sebelum bepergian ke luar negeri, Kamis (5/1/2023).

"Kami ingatkan sebagai sesama warga negara, bagi yang berencana melakukan perjalanan ke luar negeri agar memeriksa kondisi kesehatan dan memenuhi persyaratan sebelum memasuki negara tujuan untuk menghindari masalah dalam perjalanan," katanya.

Baca Juga

Peringatan itu disampaikan Mao terkait kebijakan baru Jepang yang menyasar pelaku perjalanan dari China mulai 8 Januari. Beberapa negara anggota Uni Eropa, Korea Selatan, Malaysia, dan lainnya juga menerapkan kebijakan serupa, yang mewajibkan pelaku perjalanan internasional dari China untuk menunjukkan hasil negatif tes PCR yang dilakukan 72 jam sebelum keberangkatan.

"Mereka (negara-negara itu) seharusnya tidak menggunakan kebijakan Covid-19 untuk memanipulasi politik, tidak melakukan tindakan diskriminatif, dan tidak berdampak terhadap lazimnya perjalanan, pertukaran antarmasyarakat, dan kerja sama," kata Mao dalam pengarahan pers rutin.

Dia mengaku yakin semua negara mengambil kebijakan Covid-19 berdasarkan kajian ilmiah dan proporsional. Dia juga mendaku pandemi Covid-19 di China sudah dalam kendali.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dirinya bisa memahami tindakan yang dilakukan sejumlah negara karena informasi dan data perkembangan Covid-19 di China memang sangat minim. Direktur Kegawatdaruratan Kesehatan WHO Michael Ryan sebelumnya juga mengatakan definisi kematian akibat Covid-19 di China sangat sempit.

"Silakan Anda bertanya lebih lanjut kepada pihak berkompeten," kata Mao menanggapi pertanyaan wartawan tentang pernyataan dua pejabat WHO tersebut.

Otoritas kesehatan China memutuskan tidak lagi memublikasikan data harian Covid-19 pada Desember lalu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement